Tuesday 20 September 2011

Mail dari Kawan.

(NB: (Lagi-lagi) Jangan baca thread ini. 
Hanya arsip dari tumpukan file laptop yang sesak dan mencuat sendiri minta diperhatikan. Setidaknya membaginya disini, memberikan sedikit ruang nafas bagi file-file yang lain. Tak rela juga mengakhiri hidup mereka di Recycle Bin. ^^)

Nyolong gambar disini

Seorang teman mengirim mail pada saya, minta pendapat tentang novel yang sedang ia garap. Ia tidak memberitahu judulnya, hanya mengirim bab awal bertitle “Rumah Bercat Pucat”. Sebenarnya saya ingin memposting tulisannya disini tapi saya sama sekali tidak berhak melakukan itu. Toh, izin belum dikantongi. Lalu setelah membacanya, saya menulis sedikit pesan untuknya. Sebenarnya saya sedikit malu dimintai pendapat, toh saya tidak tahu banyak tentang dunia tulis menulis. Meski saya selalu mencintai dunia yang satu ini tapi tetap saja, saya tidak punya pengetahuan yang banyak tentang itu. Sedikit penasaran kenapa ia harus minta pendapat saya (orang yang berjenis awam dalam dunia yang dicintainya), ia malah menjawab dengan setengah ngakak.
“Karena kau alien, pendapatmu aneh bin ajaib!”, katanya

Bah, menyesal saya bertanya padanya. Hahahhahahha, untungnya ia teman baik saya sejak SMU. Seorang teman yang terasa layaknya saudara. Akhirnya dengan jujur keluar juga dah pendapat saya tentang tulisannya. Saya membalas via mail seperti ini :
“Novel memang butuh improvisasi. Tapi kesan yang saya tangkap, kau seperti berusaha membuat setiap celah dalam ceritamu jadi ilmiah. Maksud saya, selalu ada acuan, entah itu tokoh ternama atau istilah hebat. Memang tidak ada salahnya. Asal tidak lupa, orang membuat novel untuk apa? Memuaskan penulis atau pembacanya? Novel bagi pembaca ada dua, yang menikmati alur ceritanya atau yang menikmati alur berpikir penulis. Kebetulan saya termasuk jenis kedua dan saya suka tulisanmu. Lalu bagaimana dengan pembaca golongan pertama? Mereka suka atau tidak, who knows? Pembaca tetap penikmat, tugas penulis membahasakan imaji. Tapi kalau penulis mempertimbangkan pembaca, berarti ia tidak akan bebas meng-explore isi kepalanya. Ini persoalan dua hal yang berbeda.
Cukup memilih, ingin memuaskan pikiranmu dan menjadikan setiap centi kata dalam tulisanmu sebagai aset dari alam bawah sadar dan menjadikannya investasi berharga bagi dunia sastra atau hanya memuaskan pendapat dan harapan pembacamu? Kupikir pilihan pertama lebih menantang. Persetan dengan kepuasan pembaca. Hanya masalahnya cuma satu, saya dak tau engkau termasuk penulis jenis mana^^”.

Ini persis ucapan saya di postingan “Mengapa Saya Menulis”, tempo hari, tidak apa-apa lah di review lagi. Hehhehhehe..
Lalu sahabat saya ini cerita kalau novel garapannya itu rencananya jadi novel islami.

“Wow, novel islami!! Very surprising! Jujur, dari yang saya baca, sama sekali tidak menyangka ini bab awal dari sebuah novel islami. Hm, tapi sepertinya wajar. Saya baru membaca bagian awalnya saja. Novel yang bagus justru yang yang sering bikin kejutan dan memainkan logika pembaca sampai salah tebak. Tidak masalah, lanjutkan!! Seperti yang kau tahu, menulis bagi saya boleh saja liberal, acuh pada aturan, buta pada rule. Yang penting bukan isi tulisan yang liberal dan mencekoki pikiran dengan hegemoni. Meski jujur, bahasan islami adalah bagian yang agak berat disentuh nalar seorang saya, saya nyadar diri. Hehehehhe.. Saya menunggu tulisanmu saja. Di pengantarnya juga bisa disertakan sedikit narasi “untuk mereka yang baru mengenal Islam.. (atau kalimat apalah yang lebih pas membahas itu).
Bagi saya, dunia sekarang terlalu miskin dengan tulisan semacam itu. Penulis sekarang terlalu sok tahu dan merasa hebat dalam agama. Tapi tidak lihat dan sadar kalau yang mereka tulis hanya untuk golongan yang benar-benar tahu agama. Kesannya menjadi sok tahu dan menganggap diri suci. Saya bukannya mau bilang, karena pengetahuan agama saya juga belum sempurna makanya saya mendukung. Kau punya gaya bertutur sendiri, yang jujur… sahabatmu ini akui kalau gaya bertuturmu berjenis kelamin hebat. Itu bakatmu, sumpah, keren dan bikin saya iri^^. Yah, saya cuma tidak senang dengan mereka, para penulis yang terlalu sok tahu tentang ajaran agama. Gebrakanmu setidaknya bisa menggetarkan zona aman yang mereka tempati selama ini. (Beuuuh…, saya terlalu banyak memujimu hari ini. Jarang-jarang saya mau melakukan ini untuk orang lain. Hm, TRAKTIR!!!!)”.

Setelah mengirim balasan email, saya baru nyadar, sepertinya saya lah yang sok tahu. Yah, mungkin maksud sahabat saya itu, saya adalah alien sok tahu. Wahaahahah.. Tapi jujur, ini komen se-awam-nya ke-sok tahu- an saya. :D Ah, terserahlah, blog juga boleh untuk curcol kan?
Em.., lalu apa inti postingan kali ini? 
Sebenarnya cuma satu, main-main ke postingan lama saya tentang "Mengapa Saya Menulis" dungz. 
Berbakat promosi, hehehheheheheh...

Thursday 15 September 2011

Obesitaskah blogmu?

Perhatian
Thread berikut ini rada dak penting, apalagi untuk para master di dunia perblogan, jadi sebaiknya langsung pulang saja.
Tapi seandainya anda juga tertarik pada hal yang tidak penting, yah.. sok atuh, lanjut ja bacanya. :D

Saya sedang "blank-blank"-nya. Lagi-lagi kalau mau pinjam istilah sahabat saya, boleh dikata saya sedang miskin ide, fakir cerita. Alhasil se-petang-an (maksudnya lepas isya mpe sekarang) online hanya bisa wara-wiri tidak jelas di beberapa situs. Sesekali buka beberapa akun social network yang saya punya, "Ah, sama saja. Nihil!". Giliran tiba di akun blog ini, "Lah, kok serasa loadingnya lama? Jangan-jangan blog saya obesitas", lalu mulailah saya cari tahu.

Hilir mudik sejenak, akhirnya nasib mempertemukan saya dengan yang saya inginkan. (#edisi lebay. Lihat apa yang saya temukan.
  • Obesitaskah blogmu?
  • Tattaaadaaa... Saya menemukan jawabannya di iwebtool. Setelah memasukkan url blog di Your domain(s), ketahuan dah kalau blog saya 211.35 KB. Itu beberti, 111.35 KB lebih besar dari size blog yang bagus. Kalo kata saya mah (yang gaptek dunia perblogan), ini obesitas. Tapi kata sahabat Bloofers, masih lumayan ringan loadingnya. Sebenarnya seorang sahabat pernah memberitahukan cara ini, tapi dasar saya-nya yang pikun plus si lepti yang habis cuci otak (baca: install ulang) jadinya saya tidak menemukan clue apapun selain melapor ke Mbah Google.
  • Aplikasi mana yang membuatnya berat?
  • Semakin penasaran saja saya, bagian mana sebenarnya yang berat. Hilir mudik lagi dan akhirnya saya menemukan jawabannya di Web Page Analyzer. Dari sana saya tahu kamar mana dari rumah saya ini yang pelihara naga. Sayangnya, saya belum punya pengetahuan lebih untuk melangsingkan blog ini. Satu-satunya cara dengan menghapus beberapa pemakaian widget/script yang tidak terlalu penting. Tapi sayanya tidak yakin, widget mana yang tidak penting. Sepertinya saya sudah terlanjur nyaman dengan tampilan dan widget yang seperti sekarang. Mungkin karena ini template pertama yang html-nya berani saya utak-atik (dengan bantuan master sifu tentunya).
  • Bagaimana cara mengatasi obesitas blog?
  • Ini informasi terakhir yang saya temukan. Ternyata ada caranya. Mbah google bilang, selain menghapus widget/script, obesitas blog bisa diatasi dengan meng-kompres. Jadi segera siapkan baskom dan handuk anda. Wkwkwkkwkkk.. Bukan, maksudnya dengan CSS Compressor. Tapi hati-hati bila menggunakan fasilitas yang satu ini, pastikan Expand Template Widget anda dicentang, karena Insya Allah setting-an blog anda akan berantakan, harus sabar mengatur ulang layoutnya. :D

Well, setidaknya saya berbagi. Kasihan juga lihat blog ini tidak terurus.
So, yang penasaran blognya obesitas apa kagak, yuk.. coba deh. Insya Allah bakal ketahuan.
Alhamdulillaah yaaah.. :D

Tuesday 6 September 2011

Aku, hari dan malam

Aku,
sebongkah jazad dengan instalan semangat menuju lowbet. Kabar gembira dari seluler tak cukup memompa adrenalin bahagiaku. Aku, beku..., zombie.... Muak merutuki hidup yang ini-ini saja. Aku memilih…. Memilih hidup sekali tapi entah mesti mati berapa kali. Sedang sisifus bahkan bisa menikmati kutukan gunung dan bongkahan batunya. Aneh, bisa bahagia dalam peluh.

Hari,
Partikel-partikel ego yang mengkomposisi, menguap memenuhi semesta dan mengkontaminasi. Aku tak tahu, ia ternyata zat reaktif. Mudah meledak ketika bertemu senyawa muak. Dan itu aku. Kolaborasi kefanaan yang nelangsa. Sungguh terlalu. Kenapa tidak bisa berkompromi dengn Tuhan untuk satu tawa???


Malam,
Detik diam adalah akumulasi mantap untuk mati. Beranjak perlahan, membosankan tapi pasti. Runut waktunya tidak pernah salah jadwal. Selalu maju tak mudur-mundur. Padahal mundur sedikit bisa memberiku ruang untuk nafas dan gerak yang luasa. Setidaknya merekostruksi ulang hariku, hari ini. Sayang dia keras kepala dan memilih berjalan maju tanpa peduli.
Karenanya kumemilih mati. Mengangkasa bersama ribuan kata yang tak pernah sempat terucap. Aku tak yakin akan ke syurga, tapi aku mengangkasa. Bersama sama sayap yang bukan putih atau hitam, juga bukan merah, tapi abu-abu. Hm, mungkin golongan yang tak bertempat. Hanya mengangkasa tapi tak diizinkan menyapa langit tertinggi. Ah, biarlah. Mungkin besok-besok sayap abu-abuku menjadi abu dan aku akan memilih bergabung di lintasan asteroid. Menunggu Halley dating dan berfusi dengannya.
Menjadi komet akan membuatku menjelajahi angkasa sepuasnya. Mungkin bisa mencumbu sempurna si Andromeda, putri Chepeus dan Cassiopeia. Lalu dia melahirkan meteor dan akhirnya ada senyum tulus untukku ketika farji-nya memuntahkannya. Yah….
aci_cz

Saturday 3 September 2011

Kisah Syawal

Mugi-mugi belum telat mengucapkannya..
Untuk semua sahabat blogger
Happy ied Mubarak...
Minal Aidhin Wal faidzin... Mohon maaf lahir bathin...

Hm, Syawal datang dan Ramadhan berlalu. Rasa-rasanya belum puas bercengkrama dengannya. :D
Well, seperti apa lebaranmu?
Sudah jadi kebiasaan di keluarga kami, lebaran jadi momen special untuk berkumpul sanak saudara. Yang paling menyenangkan adalah bisa berkumpul dengan semua sepupu (kami menyebutnya generasi kedua), berbagi kisah dan menikmati jeda rutinitas bersama-sama. Tak ayal, rumah nenek (sekitar 2 km dari rumah) jadi ramai. Kalau sudah begitu, serasa cerita tidak akan habis sepanjang hari.

Beginilah suasana lebaran di rumah kami. Lepas Shalat Id, semua akan berkumpul di rumah sebelum kemudian lanjut ke rumah nenek (Shalat id, biasanya dilaksanakan di lapangan dekat rumah). Mari berbagi kisah, beginilah kami...

Kompakan, generasi pertama dan kedua berbaur.
Generasi kedua dan ketiga. :D
Es buah...oh.. es buaahhh..
Crazy time with my sister (ada untungnya punya adik yang selisih umurnya cuma setahun :D)

Lebaran hari kedua, berarti nyekar ke makam kakek.
Ini sesi lumayan berat. Bukan karena apa, perjalanan ke makam kakek memang tidak terlalu lama, sekitar 1 setengah jam saja (dengan berkendara), tapi medannya itu loh. Dan lagi untuk benar-benar tiba di makam kakek, harus ditempuh dengan jalan kaki dengan medan pegunungan yang benar-benar menguras tenaga.
Perjalanan masih panjang....
Kelelahaan...
Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa makam kakek harus sejauh itu, apa tidak ada TPU biasa. Bukan, bukan semua itu. Dulu, ketika kakek masih hidup, ia berpesan pada anak-anaknya agar menguburkannya disana. Kampung halaman yang dulu (dulu sekali, bahkan sebelum penjajahan jepang) ia bangun dari nol. Kampung kecil tanpa yang dulunya tanpa sarana pendidikan apapun tapi akhirnya bisa menggeliat dan berhasil melahirkan sarjana-sarjana yang sekarang entah tersebar dimana. Tiba-tiba teringat ucapan paman.
"Cobalah mencontoh semangat kakek, seorang lelaki sederhana yang bahkan tidak menamatkan SR (baca : Sekolah Rakyat) karena harus bergerilya tapi ia bisa berbuat lebih baik dan bahkan mengusahakan sekolah hingga putra-putri dari orang kecil macam kita juga bisa mengenyam pendidikan dan diakui sebagai kaum terpelajar"
Oh, kakek sungguh bersahajanya dikau.. Jujur saya iri. Mengingat ini, juga melihat semangat nenek menjenguk kakek, sekalipun melelahkan tapi juga sangat menyenangkan. Betapa bahagianya. Nenek benar-benar setia, renta bukan alasan untuk tidak menjenguk makam suami tercinta. Ia bahkan harus digendong cucunya untuk sampai di makam kakek. Duh, kakek.. nenek... Sungguh, cucu-cucumu iri melihat kisah kalian berdua. Semoga kelak, kalian tetap dipertemukan oleh-Nya. Amin..
Nyekar sambil freshing, ini benar-benar hijau, bukan? :D