Sesi meracau.
Kemarin, sejak selepas magrib, saya sudah duduk manis depan laptop, merondai Play Store, demi menunggu app yang satu ini muncul. Yah, saya termasuk satu dari sekian banyak pengguna android yang juga penasaran dengan aplikasi ini. Alasannya? Mungkin karena saya memang tidak pernah menggunakan blackberry sebagai salah satu pilihan handset. Atau bisa jadi rasa penasaran saya "apa bagusnya BBM, sampai sampai konsumen terbesar ada di Indonesia?". No Offense.
Rasanya wajar berpikiran seperti itu, di luar sana, sudah rahasia umum, kalau Indonesia masuk dalam lima besar pengguna handset blackberry terbesar di dunia, layanan sosial media facebook juga, terbanyak ke empat setelah india. Kultur pergaulan/ interaksi sosial pada media online kita begitu unik bukan?
Rasanya wajar berpikiran seperti itu, di luar sana, sudah rahasia umum, kalau Indonesia masuk dalam lima besar pengguna handset blackberry terbesar di dunia, layanan sosial media facebook juga, terbanyak ke empat setelah india. Kultur pergaulan/ interaksi sosial pada media online kita begitu unik bukan?
Di awal peluncurannya, tak pelak blackberry memang menjadi primadona, dengan sangat meyakinkan mengukuhkan diri sebagai pengisi ruang kosong antara vendor nokia (handset sejuta umat) dengan vendor berkelas-apple. Bahkan setelah beberapa waktu, setelah kemunculan android, windows phone, aplikasi messanger lintas flatform (whatsapp, line, kakao talk, wechat), pesona blackberry masih saja kuat, hanya bergeser dalam skala kecil.
Bisa jadi sederet pesona itu yang membuat saya sangat antusias dengan berita dilepasnya BBM ke flatform lain sejenis Android dan iOS. Beberapa teman bahkan bercerita kalau mereka bertaruh akan kehadiran aplikasi ini. Well, saking antusiasnya saya tidak bisa khusuk mengerjakan laporan demi aplikasi ini. Facebook, Twitter, Path, Whatsapp, Line dan semua akun yang memungkinkan, kompromi untuk ON bersamaan. First time happen in mine. Di twitter paling seru, jadi TTW sekian jam, banyak yang kasak -kusuk meributkan aplikasi yang benar. Dan memang benar, hingga tengah malam ada sekitar 15-an aplikasi fake yang beredar di PlayStore. Belum ada versi asli dari Blackberry Limited.
Makin penasaran, pertahanan jebol, saya pun tergoda menginstall file apk BBM dari kawan yang bocor dari web bbm.com sehari sebelumnya. Dan.. Tattadaaa..
Well done. Dicoba dengan beberapa kawan, sukses. Asli, sumringah. Di whatsapp, instagram, path, facebook, semua heboh pamer pin, tukaran pin ke sesama pengguna handset andro, iOS, dan BB, termasuk saya. LOL. Terjawab sudah ternyata invitenya persis BBM di bb, pake PIN bukan username atau sekedar email. Berita buruknya, agak siangan saat coba-coba invite kawan-kawan yang sudah inbox pin, semuanya pending. Sedikit curiga, saya bergegas cari inpoh di mbah google dan yah... its unactive anymore. Ternyata animo pengguna android sangat luar biasa (gretongan gitu, pasti laris manis. :) ) 1,1 juta pengunduh dalam 8 jam sejak server dibuka. Mengejutkan bagi Blackberry karena secara resmi memang belum dirilis di Play Store. Di App Store sendiri, untuk beberapa jam, sempat muncul sebelum kemudian ditarik kembali. Rupanya serbuan user baru yang mengunduh file apk tidak resmi ini sukses menyebabkan masalah teknis pada sistem blackberry. Solusinya, aplikasi ini ditarik, dan dinyatakan non aktif.
Sedikit dzu'udzon. >:)Bisa saja blackberry sengaja membocorkan apk untuk robot ijo sehari sebelumnya. Bisa saja alasannya untuk mempelajari pasar. Dan ternyata, animo besar yang diharapkan benar-benar terjadi. Bisa - bisa ketika BBM for Android yang resmi rilis, tidak lagi gratis tapi berbayar (bisa jadi, bisa jadiiii..., iya kann..). Tapi pastinya animo masyarakat juga akan berubah. Masyarakat mana sih yang matanya tidak ijo-ijo liat gretongan. Hahahhah. Eh, tapi. Dibanding BBM, saya lebih nyaman di whatsapp, sekalipun dengan kemungkinan, no hp kita makin banyak yang tahu. Whatsapp lancar jaya, BBM masih rajin pending. Lagi -lagi NO OFFENSE. :)
Well, satu penasaran saya sudah terjawab, sudah tau tampilan BBM di android. Yang belum adalah, sejak BBM jadi anak perusahan sendiri, apa tujuan sebenarnya Blackberry melepas BBM ke Android dan iOS? Menantang (keberadaan whatsapp, line dkk), bertaruh apa bunuh diri (di kancah per-handset-an) dengan vendor-vendor lain? Just.... Let wait and see.. :)
Sedikit dzu'udzon. >:)Bisa saja blackberry sengaja membocorkan apk untuk robot ijo sehari sebelumnya. Bisa saja alasannya untuk mempelajari pasar. Dan ternyata, animo besar yang diharapkan benar-benar terjadi. Bisa - bisa ketika BBM for Android yang resmi rilis, tidak lagi gratis tapi berbayar (bisa jadi, bisa jadiiii..., iya kann..). Tapi pastinya animo masyarakat juga akan berubah. Masyarakat mana sih yang matanya tidak ijo-ijo liat gretongan. Hahahhah. Eh, tapi. Dibanding BBM, saya lebih nyaman di whatsapp, sekalipun dengan kemungkinan, no hp kita makin banyak yang tahu. Whatsapp lancar jaya, BBM masih rajin pending. Lagi -lagi NO OFFENSE. :)
Well, satu penasaran saya sudah terjawab, sudah tau tampilan BBM di android. Yang belum adalah, sejak BBM jadi anak perusahan sendiri, apa tujuan sebenarnya Blackberry melepas BBM ke Android dan iOS? Menantang (keberadaan whatsapp, line dkk), bertaruh apa bunuh diri (di kancah per-handset-an) dengan vendor-vendor lain? Just.... Let wait and see.. :)