Sunday 22 September 2013

Euforia BBM for Android

Sesi meracau.

Kemarin, sejak selepas magrib, saya sudah duduk manis depan laptop, merondai Play Store, demi menunggu app yang satu ini muncul. Yah, saya termasuk satu dari sekian banyak pengguna android yang juga penasaran dengan aplikasi ini. Alasannya? Mungkin karena saya memang tidak pernah menggunakan blackberry sebagai salah satu pilihan handset. Atau bisa jadi rasa penasaran saya "apa bagusnya BBM, sampai sampai konsumen terbesar ada di Indonesia?". No Offense.

Rasanya wajar berpikiran seperti itu, di luar sana, sudah rahasia umum, kalau Indonesia masuk dalam lima besar pengguna handset blackberry terbesar di dunia, layanan sosial media facebook juga, terbanyak ke empat setelah india. Kultur pergaulan/ interaksi sosial pada media online kita begitu unik bukan? 

Di awal peluncurannya, tak pelak blackberry memang menjadi primadona, dengan sangat meyakinkan mengukuhkan diri sebagai pengisi ruang kosong antara vendor nokia (handset sejuta umat) dengan vendor berkelas-apple. Bahkan setelah beberapa waktu, setelah kemunculan android, windows phone, aplikasi messanger lintas flatform (whatsapp, line, kakao talk, wechat), pesona blackberry masih saja kuat, hanya bergeser dalam skala kecil. 

Bisa jadi sederet pesona itu yang membuat saya sangat antusias dengan berita dilepasnya BBM ke flatform lain sejenis Android dan iOS. Beberapa teman bahkan bercerita kalau mereka bertaruh akan kehadiran aplikasi ini. Well, saking antusiasnya saya tidak bisa khusuk mengerjakan laporan demi aplikasi ini. Facebook, Twitter, Path, Whatsapp, Line dan semua akun yang memungkinkan, kompromi untuk ON bersamaan. First time happen in mine. Di twitter paling seru, jadi TTW sekian jam, banyak yang kasak -kusuk meributkan aplikasi yang benar. Dan memang benar, hingga tengah malam ada sekitar 15-an aplikasi fake yang beredar di PlayStore. Belum ada versi asli dari Blackberry Limited.

Makin penasaran, pertahanan jebol, saya pun tergoda menginstall file apk BBM dari kawan yang bocor dari web bbm.com sehari sebelumnya. Dan.. Tattadaaa.. 



Well done. Dicoba dengan beberapa kawan, sukses. Asli, sumringah. Di whatsapp, instagram, path, facebook, semua heboh pamer pin, tukaran pin ke sesama pengguna handset andro, iOS, dan BB, termasuk saya. LOL.   Terjawab sudah ternyata invitenya persis BBM di bb, pake PIN bukan username atau sekedar email. Berita buruknya, agak siangan saat coba-coba invite kawan-kawan yang sudah inbox pin, semuanya pending. Sedikit curiga, saya bergegas cari inpoh di mbah google dan yah... its unactive anymore. Ternyata animo pengguna android sangat luar biasa (gretongan gitu, pasti laris manis. :) ) 1,1 juta pengunduh dalam 8 jam sejak server dibuka. Mengejutkan bagi Blackberry karena secara resmi memang belum dirilis di Play Store. Di App Store sendiri, untuk beberapa jam, sempat muncul sebelum kemudian ditarik kembali. Rupanya serbuan user baru yang mengunduh file apk tidak resmi ini sukses menyebabkan masalah teknis pada sistem blackberry. Solusinya, aplikasi ini ditarik, dan dinyatakan non aktif.

Sedikit dzu'udzon. >:)Bisa saja blackberry sengaja membocorkan apk untuk robot ijo sehari sebelumnya. Bisa saja alasannya untuk mempelajari pasar. Dan ternyata, animo besar yang diharapkan benar-benar terjadi. Bisa - bisa ketika BBM for Android yang resmi rilis, tidak lagi gratis tapi berbayar (bisa jadi, bisa jadiiii..., iya kann..). Tapi pastinya animo masyarakat juga akan berubah. Masyarakat mana sih yang matanya tidak ijo-ijo liat gretongan. Hahahhah. Eh, tapi. Dibanding BBM, saya lebih nyaman di whatsapp, sekalipun dengan kemungkinan, no hp kita makin banyak yang tahu. Whatsapp lancar jaya, BBM masih rajin pending. Lagi -lagi NO OFFENSE. :)

Well, satu penasaran saya sudah terjawab, sudah tau tampilan BBM di android. Yang belum adalah, sejak BBM jadi anak perusahan sendiri, apa tujuan sebenarnya Blackberry melepas BBM ke Android dan iOS? Menantang (keberadaan whatsapp, line dkk), bertaruh apa bunuh diri (di kancah per-handset-an) dengan vendor-vendor lain? Just.... Let wait and see.. :)

Thursday 19 September 2013

Mimpi adalah Pesan Bawah Sadar

Ini tentang mimpi yang denotatif, bukan mimpi sebagai sesuatu yang selalu dikejar. 
Kasus:
Si fulan sedang banyak pikiran, sebulanan hidup bak zombie, tidak bersemangat. Semua kebiasaan positif berubah jadi nol. Masalahnya tidak kunjung terselesaikan dan walhasil dua minggu pertama si fulan lupa bagaimana rasanya tidur dengan nyenyak, di sepertiga tidurnya yang terakhir selalu saja dibangunkan oleh tangisnya sendiri. Itu intens terjadi selama dua minggu. Apa yang terjadi sebenarnya?
Pict Source
Mungkin sesi berikutnya, akan sangat sok psikologis. Ada yang pernah mengalaminya? Jujur saja, kasus di atas juga terjadi pada saya. Karena sesuatu hal, sebut saja "masalah x" yang tidak terselesaikan, bisa jadi kekecewaan yang mendalam, bisa jadi perasaan terhakimi, kemarahan yang terlalu besar dan memilih mati rasa, sesuatu yang sangat membebani ditambah pertahanan saya yang sepertinya tidak terlalu kuat, sukses membuat kacau beberapa minggu ini. Lucunya, di atas semua itu saya masih sempat penasaran dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Walhasil, ini semacam menjadikan diri sendiri sebagai kelinci percobaan. Kita harus menemukan akar persoalan sebelum mencari solusi yang tepat bukan? 

Okeh, asumsi awal, pikiran-pikiran yang tidak terselesaikan itu melindap di alam bawah sadar -inconcious mind-, lalu dengan polanya sendiri mencari jalan untuk berkomunikasi dengan pikiran sadar. 

Mari merunut satu-satu. Pikiran dan perasaan, yang mana mempengaruhi apa? Bagi saya yang percaya kekuatan pikiran, jawabannya pasti, bahwa pikiranlah yang mempengaruhi perasaan. Bukan tanpa alasan, kepala ini meyakini bahwa manusia adalah makhluk dengan pola berpikir abstrak dengan kemampuan bertindak mengikut pola non linier. Berbeda antar individu yang satu dengan yang lain. Kita selalu percaya, manusia adalah makhluk logis, tetapi pada kenyataannya kita lebih banyak bergerak dalam pola-pola yang lebih banyak tidak logisnya. Kalau kita makhluk logis, maka hampir pasti, setiap satu hal diselesaikan dengan cara yang persis sama sekalipun oleh individu berbeda. Yap, kita manusia, dengan pola non linier, bukan robot yang aksi reaksi sudah pasti sesuai program yang terinstall dari softwarenya, tidak melulu menghasilkan tindakan yang sama bila dikenai kode-kode tertentu. 

Pikiran setiap induvidu dibesarkan dengan kearifan-kearifan yang tidak terukur, lebih banyak diperoleh dari proses pencarian, yang sekali lagi, berbeda antar individu yang satu dengan yang lain. Kearifan-kearifan meliputi keyakinan, prinsip/ kepribadian, kebiasaan, ingatan, ini yang kemudian melahirkan reaksi yang berbeda saat menyikapi sesuatu. Muaranya adalah sesuatu yang secara sederhana kita kenal sebagai perasaan. Ada kesimpulan samar disini. Sebut saja, kearifan-kearifan tadi sebagai pikiran bawah sadar. Berarti ada cara pikiran sadar berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar. Yah, perasaan. Jadi rumus aksi-reaksinya menjadi pikiran melahirkan perasaan.

Kembali ke kasus "Si Fulan". 
Adi W. Gunawan -Mind Navigator-, ternyata lebih dulu telah menuliskan hal yang sama dan lebih lengkap. Beliau menyebutkan bahwa ada lima jalur yang digunakan pikiran bawah sadar untuk berkomunikasi dengan pikiran sadar, yaitu:
  1. Perasaan (Feeling/ Emotion)
  2. Sensasi di tubuh fisik
  3. Intuisi
  4. Inner Talk (saya belum mengerti bagian yang ini)
  5. Mimpi
Asumsi awal sejauh ini masih sejalan. Tapi bila dihubungkan dengan kasus "Si Fulan", saya lebih nyaman menyebutkan mimpi sebagai produk perasaan yang tidak terselesaikan. Setiap orang memiliki mekanisme pertahanan diri yang unik. Ada kondisi ketika seseorang terbebani dengan sejumlah pikiran-pikiran dan memilih untuk menghindarinya, tidak mengakuinya. "Saya banyak pikiran, tapi tidak mau pusing", sederhananya begitu. Walhasil perasaan/ kesedihan yang berusaha dikubur itu mencari caranya sendiri dan muncul sebagai "tangis" dalam tidur. Pandangan bahwa mimpi pada dasarnya bukan sekedar bunga tidur, berangkat dari sini. Mimpi bukan juga hal-hal supranatural yang ditransformasi dalam kode-kode tertentu yang dikenal sebagai firasat, tafsir mimpi. Akan lebih arif menyebutnya sebagai jembatan komunikasi pikiran sadar dan bawah sadar.

Well, last but not a least.
Mungkin kita harus sedikit belajar untuk mengerti dengan orang-orang disekitar kita. Sedikit mengendurkan kesibukan-kesibukan untuk peduli orang-orang di sekitar kita dan menjaga perasaannya. Jangan sampai kita mengulang kesalahan yang sama berkali-kali. Orang-orang bilang, 1-2 kali berbuat kesalahan adalah khilaf, 3-4 kali itu keterlaluan. Artinya kau memang tidak peduli dengan orang lain. Anggap saja sebagai pertimbangan, besok lusa saat bertemu kasus seperti ini, mungkin kita harus belajar peka pada perasaan orang lain.

TO BE CONTINUED..
Apa ini? Yah, anggap saja, sedang mencoba membuat psikoanalisis untuk diri sendiri. :)

RANDOM
Saya baru ingat seorang kawan di grup Bloof pernah menanyakan hal yang sama, saya berjanji menjawabnya dalam postingan tapi saya lupa untuk waktu yang sangat lama. Ckckck

Seandainya seseorang bertanya seperti ini, engkau akan menjawab apa?
Manakah yang benar?
  1. pikiran mempengaruhi perasaan?
  2. perasaan mempengaruhi pikiran?

Semoga terjawab. Then, closing by a song "too serious too soon".
Ah, gak nyambung.


Friday 6 September 2013

Fahd Djibran, Semesta Sebelum Dunia

Selalu ada cerita yang menyertai janin yang tumbuh di dalam rahim seorang perempuan. Rahim, dari sedikit sekali uraian ilmiah tentangnya, seseungguhnya adalah sebuah misteri yang amat besar. Semesta yang seolah-olah memiliki kehidupannya sendiri.
~Fahd Djibran

Begitu kalimat pembuka BAB 1 dari buku ini, dan entah kenapa, tetiba membawa damai disini. Tetiba itu juga, ekspektasi saya naik secara positif.
Semesta Sebelum Dunia ~ Fahd Djibran
Judul : Semesta Sebelum Dunia
(Sebuah dongeng tentang alam rahim)
Penulis : Fahd Djibran
Penerbit : Noura Books
Tebal : 233 halaman

Seperti judulnya, semesta sebelum dunia, buku ini cukup intens dan ringkas mengisahkan fase-fase dan kejadian-kejadian hingga seorang manusia lahir di dunia. 9 bulan usia kehamilan berhasil dipetakan dalam 233 halaman. Cukup lengkap dengan data-data ilmiah, dan kejadian-kejadian pertumbuhan janin per minggunya. Paragraf ini seem likes, ini buku literatur yah. :D 

Tenang saja, ini bukan literatur, masih novel. Saya iseng menuliskan semacam komentar insidentil saat membaca buku ini di tumblr saya. Menamatkan Bab awal, saya menulis seperti ini :
Bab 1, asli sinetron. Tetiba paragraf penutup, seperti ada yang "runtuh"
Betul, sangat sinetron. (Bab 1 ini judul bab-nya "Cerita"). Saya sudah duluan sinis, tetapi ketika mendapati kalimat  "...... dan kamu yang diam-diam menyalakan kehidupan di rahim ibumu....", seperti ada yang runtuh, entah apa. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan, tidak banyak yang bisa saya simpulkan. 

Over all, saya merasa terhakimi membaca bagian demi bagian di buku ini. Lucunya, saya merasa tenang-tenang saja dibuat "nrimo" untuk dihakimi terus-menerus. Saya tidak sedang mengatakan kalau saya suka buku ini, hanya saja di beberapa titik saya menemukan beberapa hikmah yang hangat. Seperti menemukan sesuatu yang sangat dirindukan. Entah apa. 

Bagian tidak nyamannya, saya sedikit kurang sreg dengan penuturannya, bisa jadi karena buku ini diluar genre bacaan saya biasanya. Maybe.

Tapi saya sedang mencari hikmah, itu sudah cukup menjadi alasan untuk bertahan mengkhatamkan sebuah buku. Tidak butuh waktu lama, saya mulai membacanya belum lewat 2 jam lalu. Setidaknya saya sempat mencatat beberapa bagian yang cukup membuat saya merasa " ini seperti membaca berlembar-lembar surat yang sengaja ditulis untukmu", seperti :

  • Alam rahim, kau tentu pernah mendengarnya : sebuah tempat dimana setiap orang pernah ke sana, tetapi melupakannya. (Hal 22-23)
  • Jangan berfokus pada tempat kau berangkat, berfokuslah pada tempat yang kau tuju. Orang-orang selalu berfikir dari mana mereka berasal, tanpa berfikir kemana mereka pergi (Hal 72)
  • Rasa adalah persepsi. Ia memiliki batasnya sendiri. Dalam ukuran tertentu, ia bisa menjadi enak, tetapi dalam ukuran yang lain ia bisa jadi sangat tidak enak. (Hal 84)
  • Dan jeda membuat kita melihat ke dalam diri kita sendiri. Itu yang penting. (Hal 97)
  • Tak ada yang bisa menghentianmu. Kecuali jika kau menghentikan dirimu sendiri. Banyak orang mengira cita-citanya dihambat, tapi sebenarnya tidak ada yang bisa menghambat cita-cita kita kecuali diri kita sendiri. Mereka yang merasa cita-citanya terhambat karena orang lain sebenarnya sedang secara aktif turut serta menghambat diri mereka sendiri. (Hal 104)

Feel after read >> "oh, jadi begitu toh ceritanya". Tidak lebih. 2 bintang dari 5. Ekspektasi saya kembali stabil. ^^

Random. 
Memulai kasmaran lagi dengan blog yang ini setelah ditinggal lama, sumpah, susah.