Ransel bertali sepatu

Kau sedang nyenyaknya ketika ku datang. Katamu kau mencintai dia yang selalu datang mewarnai malammu. Makanya ku memilih diam-diam memasuki lorong telingamu untuk sampai di ruang utama bioskop malam milikmu. Ingin tahu siapa dia yang membuatku cemburu.
Tabir pertama kubuka. Kosong. Tak ada pemain, hanya ada setting ruang tak berbatas. Untungnya pekakas lukisku tidak ketinggalan. Karena ku baik, kusapukan sedikit jejak kuasku disana. Lalu diam-diam pergi, sedikit mengendap melewati eaustacius-mu.

Pagi-pagi kau datang mengetuk kamarku.

“Bimpi…Bimpi…, bangun!!!”

“Kenapa?”

“Semalam ia datang, melukis padang rumput kuning yang meng- abu-abu oleh bulan. Masih dengan ransel bertali sepatu yang kemarin!!”

“Benarkah??”

“Sungguh aku mencintainya, kawan”.

Matanya penuh binar, indah.

“Hm, tidur sudah!! Aku tidak mengganggumu lagi”, sambil berlalu dan menutup pintu kamarku dengan keras. Dan menjatuhkan ransel alat lukisku dari belakang pintu. Ya, ransel bertali sepatu.
Aku tersenyum, puas.


aci_cz


8 komentar:

  1. ini yang saya tunggu dari kak acci......hebat......

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayaknya dirimu lebih ahli untuk imaji jenis ini.

      yang ini ada kesan prematur

      Delete
  2. Dengan mimpi semua bisa kita pegang, dengan mimpi semua bisa kita dapatkan bermimpilah mbak, dan berusaha membuat mimpi itu jadi kenyataan :D

    ReplyDelete
  3. Gagagagaaak, untung ga mimpi ketemu Kambing Etawa dari India ya, haha. Mimpi adalah kunci untuk kita taklukan dunia, berlarilaaaaah kejar mimpi itu kata Giring. Hohoy..

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwkwkkwkkk.. ih, promooosiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.

      Delete
  4. Hhhmmm.... Mimpi selalu menyenangkan ya. hehehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. sya org yg jarang mimpi, dalam arti yg sebenarnya.
      giliran bermimpi beberapa hari berturut2 pasti serasa ada yg salah. di luar kebiasaan

      Delete

Kawan, silahkan tinggalkan jejak,,,

 

Friend List

Flickr Images

Blogger Perempuan