Paulo Coelho, Eleven Minutes

Perhatian : 
Bagi siapapun diluar sana yang masih berfikir bahwa seks adalah hal tabu dan tidak patut diperbincangkan, maka berhentilah. Silahkan tinggalkan halaman ini, hanya akan buang-buang waktu berharga anda. (Semoga peringatan saya tidak terlalu berlebihan. :D)

Maaf, pict-nya take by ponsel, si empunya blog dak punya scaner. :)
Judul : Eleven Minutes
Penulis: Paulo Coelho
Penerbit: Gramedia
Tebal: 360 Hal (Cetakan Keempat)
Adalah seorang gadis muda dari sebuah desa terpencil Brasil bernama Maria. Tumbuh dengan mimpi yang sederhana , bertemu dengan pria idaman (kaya, tampan, cerdas), menikah (mengenakan gaun pengantin), memiliki dua orang anak (yang kelak setelah dewasa menjadi orang-orang terkenal), dan tinggal di rumah yang indah (dengan pemandangan ke laut). Tetapi nasib ternyata berkata lain. Merasakan kegagalan cinta dan kebencian karena patah hati di usai yang sangat belia membuatnya berjanji pada diri sendiri untuk tidak jatuh cinta lagi, telah mendarah daging dalam tubuh dara cantik nan menawan di usianya yang ke- 19 tahun. Ia bahkan tahu betul cara memperdaya lelaki tanpa membuat dirinya dimanfaatkan.
Hingga suatu hari, Maria bertemu seorang lelaki Swiss, tempat yang dalam bayangan para gadis Brasil sebagai tempat penuh kemegahan, seolah mimpi akan terwujud dengan begitu indah disana. Maria satu diantaranya, bermimpi tentang sebuah negeri yang membuatnya sukses. Siapa sangka nasib justru membawanya pada tempat asing dan menjadikannya seorang pekerja seks. Ia bisa saja meninggalkan pekerjaaan itu, tapi ternyata keinginan bertualang dalam dirinya begitu besar. Sebuah keinginan bertualang yang sangat berbeda dan heroik dengan orang kebanyakan, bagi Maria, ia adalah profesional. Dan tidak pernah ada yang bisa menebak kemana ujung sebuah jalan. Profesinya sebagai pekerja seks justru membawanya kepada cinta sejatinya... Ralf Hart..

Paulo Coelho benar-benar berbeda dalam buku ini. Bukan dalam penuturan, makna-makna dalam yang tersirat dalam keederhanaan bahasa yang sangat dominan -khas seorang paulo- yang berbeda adalah bahwa ide cerita yang dipilihnya, sesuatu yang tabu bagi kebanyakan, sebuah topik keras, sulit dan mengejutkan. Paulo sendiri secara jujur mengakui ada sedikit kecemasan dan kesulitan tentang topik dalam novel barunya ini. Bukan tanpa alasan, sebelumnya di tahun 1970-an, sebuah buku dengan topik yang sama, "The Seven Minutes" dicekal dan dilarang beredar di Swiss. Hal ini sedikit banyak menghambat kreativitasnya.

Yang patut diacungi jempol, dengan berani Paulo menggambarkan dua jenis prostitusi, prostitusi demi uang dan prostitusi sakral. Jangan terkejut bahwa Paulo mencoba membimbing kita pada sebuah kesimpulan bahwa seks atau bersebadan bukan sekedar pertemuan dua kelamin tapi lebih dari itu, ada esensi ketuhanan yang terselip disana. Paulo bahkan menyertakan referensi langsung tentang sadomasokisme. Beliau penulis briliant, bukan sekedar menulis kisah tanpa bobot. Saya bahkan baru tahu sejarah prostitusi setelah membaca buku ini. Yah, wajar baru tahu karena memang tidak pernah berusaha mencari tahu.

Yang menarik dalam buku ini adalah karakter tokoh utamanya si Maria. Paulo begitu konsisten dengan penggambaran seorang Maria tentang keputusannya menutup diri dari godaan cinta dan hanya menyimpan hatinya untuk buku hariannya. Saya suka, karena sesungguhnya buku harian Maria adalah isi kepala Paulo, dimana makna dan hikmah terselip disana. Saya merasa sesi menulis buku harian adalah sesi terjujur seseorang -komunikasi interpersonal- saat hati dan logika berbicara dengan pemiliknya, saat karakter benar-benar berbicara. Ada beberapa curhatan Maria yang menurut saya menarik. Cekidooottt :
  • Aku bisa memilih menjadi korban dunia ini atau menjadi petualang yang mencari harta karun. Tinggal bagaimana aku menjalani hidupku. (saat Maria memutuskan untuk bekerja sebagai penari di sebuah kelap malam)
  • Hidup adalah permainan yang berdesing cepat memabukkan; hidup adalah petualangan terjun dengan parasut; berani mendaki ke puncak; punya keinginan untuk memaksimalkan diri, bisa merasa marah dan tidak puas saat kau gagal melakukannya. ...... tapi kalau aku percaya bahwa rel-rel itu adalah tadirku dan Tuhan sendiri yang menjaga mesinnya, maka mimpi buruk itu akan berubah menjadi esuatu yang mendebarkan. (Pandangan Maria tentang hidup saat melihat orang-orang begitu menikmati roller coster)
  • Cinta tak akan kita temukan pada sosok orang lain, melainkan di dalam diri kita sendiri; kita hanya perlu membangkitkan.
  • Mana sikap yang lebih berbahaya-menjauhi nafsu atau meleburkan diri ke dalamnya? (pertanyaan yang saya juga bingung menjawabnya)
  • Semua bahasa di dunia ini pasti punya ungkapan kurang lebih bunyinya begini: "Apa yang tak kau lihat tak akan kau sesali".
  • dsb..
Kalau diperhatikan, dari awal buku ini hampir selalu menghadirkan analogi-analogi insidental yang dipikirkan Maria tentang orang-orang dan kehidupan di sekelilingnya. Sejumlah analogi sederhana dan deskripsi yang benar-benar mengena, sangat cerdas. Di salah satu catatan hariannya, Maria bahkan menulis seperti ini:
N.B: Aku baru saja membaca kembali tulisanku malam ini. Ya ampun! Aku jadi terlalu cerdas sekarang

Hm, sepertinya saya tidak perlu membahas bagian ini dengan detail. Semoga ada yang penasaran dan mencari tahu bukunya. :) Bagaimanapun juga, saya salut Paulo menuliskan sesuatu yang mampu membuat terperangah para pecinta tulisan-tulisannya. Jujur, saya pribadi juga mengalami hal itu. Tidak menyangka, Paulo akan membeberkan hal "tabu bin kontroversial" dengan begitu lugas. Ini kali kedua saya tidak bisa menebak isi buku (dengan alasan berbeda) dari sampul atau cuplikan singkat yang biasanya tertera di sampul belakang. Yah, kemungkinan juga karena saya begitu terburu-buru mencomot buku ini di gramedia. Saya membelinya bebrapa waktu lalu dalam waktuyang sangat singkat, 10 menit (rekor tersingkat saya di gramed), sudah termasuk menitipkan barang, memilih buku dan mengantri 5 menit. (Eh, koq curhat?? :D)
Bagi kalian yang menyukai isu-isu sosial atau pelahap buku-buku yangs nyawa dengan "Jakarta Undercover karya Moammar Emka", ini genre yang tepat. Tapi tentu saja, gaya bertuturnya sungguh berbeda. Hm, saya benar-benar semakin tertarik membuat postingan tentang perempuan dan prostitusi setelah membaca buku ini. Kapan? Entahlah.. 

Lalu kenapa judulnya harus "Eleven Minutes"?
Hm, saya benar-benar tidak perlu menjawab itu. :)

29 komentar:

  1. Wewww.... beraaaaat. ampun dijeeeee! Hahahha

    ReplyDelete
  2. @syam : buakakkakakkakkk... ndaji, nda sampe 10 kiloji buuww.. :P

    ReplyDelete
  3. ada kalimat yang memukau saya, kira2 begini : tiap org punya cinta di dlm dirinya namun butuh seseorang untuk membangunkan cinta itu.

    ReplyDelete
  4. reviewnya tak menyisir judulnya, masa' cuma isinya doank, ga asik aahhhhh... hahahahha

    ada yang selalu terngiang dari buku ini, yakni tentang perbedaan cara pandang seorang pelukis (seniman) dan orang awam terhadap sebuah lukisan. yang pasti ga ada hubungannya ama "keterbatasan bisa dikalahkan oleh tekad". :))

    Yang ini ga nyambung... :D Udah nonton film THE WHISTLEBLOWER belum?? Film kisah nyata tentang perdagangan perempuan zaman perang bosnia. bagus tuh buat referensi tentang perempuan dan prostitusi..

    ReplyDelete
  5. ahh.. eleven minutes. akhirnya baca juga ya Mbak. selamaaaattt...

    habis baca review ini, jadi pengen baca lagi. dan semua perjalanan Maria seolah berputar cepat di kepalaku.

    aku membayangkan sosok maria dengan begitu anggun dan cerdas ^^

    nice share mbak :)

    ReplyDelete
  6. @nayah: bukan yg inikah maksudnya nay>> "Cinta tak akan kita temukan pada sosok orang lain, melainkan di dalam diri kita sendiri; kita hanya perlu membangkitkan"? tpi kayaknya beda ding. :)

    @sam: sngaja dak bahas judulnya, maksudnya biar rada penasaran gitu pak boz. :) #sedang belajar mmbuat org penasaran, tp sya sendiri dak yakin, mempan apa kagak. hahhahahah...

    hahhahah... lukisan yah? keterbatasan?? wkwkwkkwk... ya...ya..ya... sya sellu senang liat lukisan, padahal dak pernah ngerti. hanya menjumpai kenyamanan di beberapa lukisan. :) klo film ntu sya baru dengar. taunya whistleblower tuw julukan buat susno pas heboh2nya berkicau. nnti dicari dah. tingkyu yah, kek. :)

    @armae: iyah, mae. baru beres baca. sebenarnya sjak awal oktober apa akhir sptember kemarin, cuma baru sempat nge-review. si armae juga bikin reviewnya kan ya? plus pake skor, tp klo sya bisanya mereview dgn sok tahunya sya. hehehhe.. belajar jujur dengan isi kepala sya. :)

    ReplyDelete
  7. ahhhh.. bilang aja dirimu tabu membahas yang masalah sebelas menit...hahahhaha... itu kan kesimpulan si maria sendiri...

    susno???????????????????????? siapa susno??? kalo Sule saya tauu hahahahah........ tentang lukisannya ga tau??? bukunya pasti belum selesai dibaca semuanyaaaa....

    ReplyDelete
  8. Jujur saya pribadi kurang meminati buku2 bergenre sperti ini,
    tapi dari cara mereview yg cerdas dan meyakinkan dari Achi jadi tertarik utk membacanya..., entahlah ini yang cerdas Paulo Coelho atau Achi,,?? tapi harus kukatakan dengan jujur bahwa saya salah satu yg ngefans dengan lapak ini..., silahkan ge-er.., sebelum ge-er dilarang.... hihihihi...
    dua jempoooolll buat achi...

    ReplyDelete
  9. @sam: masa' dah blak2an kayak di atas, masa masih dibilg tabu??

    whatss?? kagak tau susno?? kelamaan tinggal di aljazair sihh.. ituloh anggota polri yg koar2 masalah borok + korupsi di tubuh polri. gra2 sikpnya itu dia diberi gelar whitsleblower. yg sya ingat soal lukisan yg diceritakan ralf pada maria hanya perihal "cahaya" yg muncul dri objek lukisan. sesuatu yg samar tp bisa terbaca lebih dalam. membaca hidup objek hanya dari tatapan. hah, dak ngerti.

    @insan: hah??? nge-fans?? sya dah perlu itu, mas. cukup mentahnya saja. hahahhahah... yg cerdas tuw sudah pasti paulo-nya, saya mah jago sok taunya.

    ReplyDelete
  10. keren banget reviewnya dan top abis buat mbak Acci..saya juga fans berat paulo coelho sih..walau kadang novelnya banyak yang butuh usaha ekstra untuk memahami..^_^

    ReplyDelete
  11. iyya itumiiii... hehe, ingatan memang hobi menipu

    ReplyDelete
  12. @melihat dgn hti: hehee, iyah. saking hebatnya paulo qt yg awam bin iq jongkok kadang jd bingung2 bcanya. ;p

    @inayah; sy pikir mba(k) dukun dak bkal kna sindrom lupa. ternyata dukun jga mnusia yah, hahahaa

    ReplyDelete
  13. Oooooohh.. aku tau aku tau kenapa judulnya ituuuuuu..!! *napsu spoiler
    Setuju sama Acci, emang harus baca novel ini :>

    ReplyDelete
  14. udah pernah baca buku berahi karya jean baudrillad? coelho berdialektika seperti baudrillad ya. kajian seksnya seru

    ReplyDelete
  15. @della: paulo mmg menarikk kan mbak? :)

    @rusydi: buku berahi? jean baudrillad? hadehhh sya dak ngerti, blum tau sya klo penulis yg entu. maklum penulis favoku cuma sekian kepala. :) btw, dialektika yg mna maksudnya ni? yg konsep hegel itu bukan?

    ReplyDelete
  16. wadooh, aku dah jarang banget baca2 buku kayak gini...
    pengen langsung nulis aja deh, hahahahahaha
    prostitusi never end.

    ReplyDelete
  17. wah menarik nie tema bukunya,kebetulan saya penggemar buku jakarta undercover jadi saya pasti baca buku ini :)
    karena secara tidak langsung,isinya hampir sama

    ReplyDelete
  18. @kira: yuhu bro, prostitusi never end. miriss..

    @andy: wah, penggemar moammar emka nyasar nih. :) memang menyenangkan membaca buku yg menyinggung isu2 sosial, serasa bertemu sesuatu yg sangat dekat tapi sangat asing. well, slamat hunting dah kek. :)

    ReplyDelete
  19. Paulo Coelho emang penulis yang hebat! ^_^ Aku jg ingin sepertinya yg bisa membuat karya luar biasa :D

    ReplyDelete
  20. Hmmm, aku baru baca buku si Paulo yang Alchemist. Itu aja butuh niat karena ngantuk bacanya. Tapi keren sih.
    Apakah ini bikin ngantuk juga? Hehehe...

    ReplyDelete
  21. kalo hegel kajiannya komunis, kalo baudrillad kajian posmodern. kajian filsafat sosial. walau guru SD saya seneng gaya bahasanya. saya berasa tenggelam saat bacanya. ya sama kayak paulo coelho

    ReplyDelete
  22. @BasithKA: Sepakaaatt...!! :)

    @Siti Rasuna Wibawa: Wakakakakkk... mpe ngantuk gitu yah mbak? berarti bukan genre bacaannya kali. Tiap2 org beda2lah. klo sya, paulo, dan brown, dkk tdak pernah bikin ngantuk, seruu soale.. (yah.. bagi sya maksudnya mbak :D).

    @rusydi: wah, pengetahuannya mantabz negh. sya mah dah ngerti aliran/ kajian. dan lagi profesi tidak berhubungan ma isi kepala kali mas. its our live, setiap dri kita berhak suka pun tahu apapun yang diinginkannya. #loh, mendadak jadi orator yah? hahahahh

    ReplyDelete
  23. Thanks for sharing :)

    http://elfridachania-words.blogspot.com/

    ReplyDelete
  24. Belum baca yang ini.. Baru "The Alchemist" yang berhasil saya rampungkan.. :D "The Winner Stands Alone" terlahap seperempat, lalu tersimpan kembali di lemari.. :-| Rasa-rasanya saya memang bukan pembaca fiksi yang baik.. :-|

    ReplyDelete
  25. @elfrida: sami-sami neng. :)

    @yuan:hihihihi... klo mmg bukan seleranya jgn dipaksakan pak boz. :) the winner stands alone juga bagus, apalgi devils and miss prym. ah, klo sudah bukunya paulo sy pasti bilng bagus.
    #dak jago ngeles.

    ReplyDelete
  26. hehe... mgkn cuma Harry Potter yang semangat saya lahap.. buku kelimanya yang 1200an halaman itu, mampu saya lahap dalam 3 hari.. itupun saya baca dua kali..

    o iya, kapan hari juga ada beli "The Pilgrimage".. cuma dibaca sampe halaman 100an, trus balik lagi deh ke lemari.. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. klo harry potter, sepertinya sy terlanjur nyaman dgn nonton, jd dak niat baca bukunya lagi. :P

      Delete
  27. Memang Sex zaman sekarang perlu dibicarakan dengan terbuka dan transparan. Pergaulan dan bimbingan orang tua memegang peranan paling penting didalam seorang anak menyikapi Sex. Maka bekal IMAN dan selalu berhati-hati tetap menjadi pengendali.

    ReplyDelete

Kawan, silahkan tinggalkan jejak,,,

 

Friend List

Flickr Images

Blogger Perempuan