Tuesday 5 June 2012

Dewi Lestari, Partikel (Supernova Series)

Supernova, Partikel by Dewi "Dee" Lestari

Judul : Partikel (Supernova Series)
Penulis : Dewi "Dee" lestari
Penerbit : Bentang
Tebal : 500 Halaman
(Cetakan pertama : April 2012)

Zarah Amala sangat dekat dengan ayahnya -Firas, seorang dosen kenamaan bidang mikologi salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Bandung-, dibesarkan tanpa pendidikan formal, semua pengetahuan praktis diperolehnya dari ayah seorang. Semua bidang pengetahuan dikuasainya dengan baik, kecuali pendidikan agama. Belajar dan dekat dengan alam membuatnya tumbuh sebagai gadis yang pemberani, logikanya matang. Hingga suatu hari sang ayah menghilang tanpa jejak bersama obsesi ilmiahnya pada jamur. Satu demi satu persoalan datang, hubungannya dengan ibunya merenggang, dimusuhi kakek dan neneknya karena pendidikan agama yang minim. Jiwanya berontak, dan mulailah ia berkenalan dengan pencarian.. keyakinannya, ayahnya, semuanya..

Bagaimana perasaanmu ketika menunggu sesuatu dengan penuh harap,
lalu setelah sekian waktu berlalu iapun hadir dan benar-benar ada?
Yang menunggu lahirnya "Partikel" dari seorang Dee selama 8 tahun pasti tahu rasa itu. Bayangkan 8 tahun dibiarkan dengan rasa penasaran lalu tiba-tiba kabar gembira itu datang. 
Halloowww.. Partikel is now here! 
Saya salah satu yang je-jingkrak-an setelah tahu kabar itu. Yap, saya pelahap tulisan-tulisan Dee terutama Supernova Series. Bahkan melahap "Perahu Kertas" -novel pop Dee- padahal biasanya saya tidak menyentuh buku-buku genre pop.

Yah, saya pecinta tulisan Dee. Bukan tanpa alasan, saya tipe pembaca yang suka melahap bacaan yang bisa menghibur dan memberikan sederet informasi di saat bersamaan. Tentu saja, dengan gaya penuturan yang ditolerir indera saya. Dan tulisan Dewi “Dee” Lestari punya itu, terlebih pada Heksalogi Supernova. seolah-olah kita dibawa pelesir dalam keresahan-keresahan, logika, pola pikir dan imajinasi seorang Dee, sesekali dicecar dengan sedemikian banyak keingintahuan, kritik sosial, teori-teori ilmiah dll. Bukan Dee namanya, tanpa ada selipan refrain ilmiah. Bagi saya, itu magnet yang sangat besar untuk dibiarkan begitu saja. Mari penasaran.

Mengapa Supernova membuat sangat penasaran (bagi saya)?
Plot besar dibalik kisah Supernova, pastinya. Bagaimana semua kombinasi teori konspirasi new age, teosofisme, kedatangan UFO, teori fisika kuantum, biologi, filsafat, psikologi, mitologi aztec, perjalanan spiritual, dan entah apa lagi bisa padu demi mempertemukan semua elemen supernova : jaringan, akar, petir, partikel, dan gelombang dalam sebuah ending yang entah bagaimana. Membaca Supernova, seakan digiring pada ekspektasi besar tentang ending kisah karya Dee. Penasaran.

Saya suka pada buku-buku yang mengangkat tema tak biasa, isu sosial, filsafat dan psikologi adalah sebagian di antaranya. Dan lagi-lagi, Dee memberikan itu semua. Sebut saja, isu gay di Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh (sekitar awal 2000an, isu tentang gay memang mulai mencuat. Duh, serasa tua. Padahal ntu kan jaman saya SMA), lalu tema pencarian yang begitu kental di Akar, sebuah perjalanan spiritual, kisah Elektra (Petir) dengan seabrek pertarungan batin yang membuatnya menjelma dari “itik buruk rupa” menjadi “angsa nan rupawan”, lebih ke psikologi menurut saya, tanpa melupakan sedemikian tema lain yang padu dengan tema utamanya.

Lalu di partikel, tema go green sangat terasa. Bahasan fungi (jamur) sangat detail, dikombinasi dengan enteogen, praktek shamanisme, kontroversi seputar taman eden plus diperkompleks dengan informasi-informasi photografi (salah satu bakat zahra -tokoh utama Partikel-). Semuanya diramu dengan sangat elegan dalam tema pencarian (dalam arti luas, pencarian jati diri, kebenaran/ perihal ketuhanan) atau perjalanan spiritual, seperti supernova-supernova terdahulu. Jadi jangan khawatir, bahasa Supernova tidak seribet Dunia Sophie karya Jostein Gaarder (yang mendapat pujian dari pembaca dunia karena berhasil merangkum filsafat selama dua setengah milenium ke dalam kisah seorang Sophie), tapi tidak kalah informatif dari itu, lebih ringan dengan penyampaian yang lebih sederhana. Seolah-olah kita diajak untuk berkenalan dengan sesuatu yang "besar" tanpa harus berdandan ini itu agar terlihat pantas. Cukup hadir apa adanya, dan sesuatu yang besar itu akan mendekati kita dengan pesonanya yang “wah” tanpa harus takut pengetahuan kita tidak cukup siap untuk menerimanya. Saya ribet menemukan kata yang tepat untuk membahasakan pandangan saya. :)

Dan entah kenapa, tiba-tiba saya merasa, "Infinitum"-nya Ahyar Anwar, sedikit banyak lahir sebagai dampak positif (kena influence) dari karya-karya Dee. Yah, pencarian, perulangan, ad infinitum, sangat Dee. Perbedaannya hanya satu, gaya bertutur dan itu membedakan animo membaca saya secara menyeluruh. Ahyar Anwar lebih cenderung menuliskan novelnya dalam bahasa sastra yang benar-benar gemulai, runtut, berkepanjangan sampai membuat saya enek. Bukan nge-bully, cuma perasaan pribadi saya saja.

Partikel dan Supernova
Hm, bila disandingkan dengan pendahulunya (menurut saya), Supernova "Partikel" mengambil masing-masing sedikit dari pendahulunya. Terkesan dibangun dari kombinasi ketiganya, sebut saja unsur biologi dari "Ksatria, putri dan Bintang Jatuh", perjalanan atau travelling ala Bodhi "Liong" di Akar dan bahasa ringan cenderung nge-pop yang melahirkan "Partikel" sebagai kombinasi ketiganya. Tentu saja, dengan bahasa dan ide yang lebih segar.

Menunggu sekian tahun untuk Partikel, membuat saya harus membaca ulang Supernova dari awal. Semacam ada perasaan takut melewatkan sesuatu bisa kisah sebelumnya terlupakan. Dan seperti candu, saya dibuat maraton membacanya, sampai susah tidur saking penasaran dengan endingnya. Walhasil, esoknya di kantor, hanya bisa menguap menahan kantuk, sembari bergerilya melawan oleng-oleng gara-gara kurang tidur. Dan saya menyesal. Setelah menamatkan Partikel dalam sekali lahap, bukannya puas, saya justru dibuat makin penasaran dengan buku berikutnya. Ah, semoga mbak Dee menyegerakan kisah si Alfa dalam Supernova "Gelombang" dan kisah keseluruhan elemen dalam supernova "Inteligensi Embun Pagi". Amin. :)

Dan, well (pendapat saya pribadi), mbak Dee sepertinya memang harus segera meluncurkan sekuel supernova Gelombang dan Inteligensi Embun Pagi. Kalau tidak, ide besarnya tentang supernova bisa terbaca dan bukan jadi kejutan lagi. Atau kalau tidak, bahasan jenis konspirasi new age, mitologi aztek, dll sudah terlanjur basi dengan menjamurnya refrain ilmiah tentang itu di toko-toko buku. Terlebih lagi, kata kunci -tujuh gardu di bumi, tiga teman paling utama (tentu saja Diva, Bodhi, dan Elektra), matahari kelima (dalam mitologi aztec merujuk ke bumi, dunia), di poros keempat- dari Surat S kepada Partikel secara tidak langsung memberitahukan jenis bacaan Dee. Ada kemungkinan informasi dari refrain tulisan Dee muncul di Supernova berikutnya, dan saat itu terjadi tentu bukan kejutan lagi, hanya akan jadi “de javu” atau “ooo…” yang panjang. Sedikit banyak pasti mengurangi kadar penasaran pada cerita.

Yang sedikit mengganggu saya. 
#abaikan
Beberapa bagian yang membuat saya berhenti sejenak sebelum melanjutkan bacaan. Saat-saat subjektifitas dan interpretasi saya lebih berkuasa :
  • Pada bagian-bagian pencapaian Zahra, entah itu saat membagikan pengetahuan atau informasi yang wah dari pengalaman hidupnya, selanjutnya akan diikuti dengan beberapa penjelasan dimana dan bagaimana ia bisa tahu "sesuatu/ pengetahuan/ informasi" itu. Lalu disisiplah kisah bagaimana asal muasalnya. Untuk sejenak, saya tiba-tiba merasa (perasaan saya loh yah) seolah-olah sedang mencatat poin-poin penting seperti sedang kuliah. Disebutkan beberapa bagian penting lalu secara sistematis dijabarkan satu persatu dengan penjelasan yang lebih kompleks. Terkadang sistematis bisa mengurangi animo, terkesan berpola, cenderung kaku, untuk sejenak saya rindu randomisme saat tiba pada bagian-bagian itu.
  • Sampai Partikel dilahap habis, saya masih belum tahu siapa yang mengirim foto jepretan Zarah yang membuatnya jadi pemenang sebuah kompetisi yang kemudian menjadi awal perjalanan dan pencariannya. Entah karena lupa, kehilangan ide atau justru sengaja dibuat sebagai kejutan di supernova berikutnya. Atau bisa jadi, pengirim foto justru juru kunci semua kisah Supernova Dee yang akan menyatukan Diva si Jaringan, Bodhi si Akar, Elektra di Petir, Zarah si Partikel, dan Alfa si Gelombang. Yah, hanya Dee dan Tuhan yang tahu. Hahhahah... mari penasaran.
  • Bagian yang berkisah tentang hubungan asmara Zahra dan Strom, sepertinya terlalu sinetron. Sekalipun Dee sudah dengan gamblang menyebutkan dalam Partikel bahwa "We're built for drama". Tapi yah.. saya masih saja beranggapan itu berlebihan. Dan lagi "sex in the first date", its not eastern culture. Hei, ini ide Dee. Tulisan, tulisan dia. Suka-suka dia juga dongz mau membawa kisah zahra ke arah mana. Upss.
  • No "Diva" di Partikel, tapi setidaknya akar dan petir telah bertemu.

Last but not a least.
Seperti personal view saya biasanya, rasanya tidak lengkap tanpa menyertakan quote-quote dari buku. Ini buku Dewi "Dee" Lestari. Sudah harga mati, pembendaharaan katanya mantab, bahasa kritis dan kontemplasi bisa muncul di bagian mana saja. Untuk saya pribadi sangat terkesan dengan yang berikut :


  • “...manusia telahir ke dunia dibungkus rasa percaya. Tak ada yang lebih tahu kita ketimbang plasenta. Tak ada rumah yang lebih aman daripada rahim ibu. Namun, di detik pertama kita meluncur ke luar, perjudian hidup dimulai. Taruhanmu adalah rasa percaya yang kau lego satu per satu demi sesuatu bernama cinta.” (hal. 8)
  • “Semua pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban. Untuk keduanya bertemu, yang dibutuhkan cuma waktu.” (hal. 69)
  • “Akhirnya aku mengerti betapa rumitnya konstruksi batin manusia. Betapa sukarnya manusia meninggalkan bias, menarik batas antara masa lalu dan masa sekarang. Aku kini percaya, manusia dirancang untuk terluka.”
  • “Manusia berbagi 63% kesamaan gen dengan potozoa, 66% kesamaan gen dengan jagung, 75% dengan cacing. Dengan sesama kera-kera besar, perbedaan kita tidak lebih dari tiga persen. Kita berbagi 97% gen yang sama dengan orang utan. Namun, sisa tiga persen itu telah menjadikan pemusnah spesiesnya. Manusia menjadi predator nomor satu di planet ini karena segelintir saja gen berbeda.” (hal. 227)
  • “Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit lagi ketika berkali-kali jatuh. Jangan pikirkan kamu akan sampai dimana dan kapan. Tidak ada yang tahu. Your strength is simply your will to go on.” (hal. 462)

(Yang lagi cari qoute dari tiga Supernova seri sebelumnya, silahkan klik disini).
Thats all. 
Ini Personal view saya, semisal ada yang tertarik beli dan ternyata tidak suka, jangan protes yew.
Everyone have a different tastes. :p