"Be the kind of person who leaves a mark, not a scar".
#pathdaily Asriani Amir |
Pernah saya berfikir, kita tidak akan benar-benar bisa berkawan dengan orang lain tanpa meet them fisically. Idealnya berkawan harusnya 2 orang atau lebih itu pernah terlibat satu kegiatan, minimal pernah bertemu, bertukar pikiran, "klik", lalu akrab. Nyatanya tidak. Makin kesini, media sosial sudah terlalu massif dan memiliki caranya sendiri dalam bergaul. Tidak perlu bercerita tentang raksasa facebook yang entah sudah mempertemukan dan menyatukan seberapa banyak pribadi, bukan hanya dalam komunitas, bahkan sebagai pasangan. Luar biasa. Bagi saya, orang-orang yang memilih jalan itu, penerimaannya sungguh luar biasa. Saya mungkin bisa sedikit menerima orang-orang baru tanpa pertemuan tapi tidak sejauh itu.
Lain facebook, lain pula blog. Mengenal blog sejak 2010, saya merasa nyaman "nyinyir" atau buang sampah disini. Blog bukan lagi sekedar meng-upgrade media menulis ke sarana yang lebih mudah diakses tapi juga solusi untuk kepala yang seringkali sibuk sendiri, sulit berdamai dengan sekitar. Siapa nyana nge-blog ternyata morphinis, terlebih ketika ada follower tetap yang menunggu bahan postingan untuk didiskusikan. Malah beberapa kali ada-ada saja pesan yang bertamu entah di messanger, wa atau bbm, sekedar menyapa "Kapan nulis lagi, mba". Lucu, iya. Tapi ternyata pesan-pesan seperti itu bisa menjadi mood booster tersendiri, terutama saat-saat deadline dan ketidaknyamanan terasa mengepung dari segala penjuru. #eh
Saya harusnya bersyukur, ngeblog ternyata memberikan kesempatan bertemu kawan-kawan baik. Beberapa menjadi kawan diskusi, beberapa menjadi kawan berbagi inpoh buku-buku yang menarik dan anti mainstream, maklum di sekitar saya, lumayan jarang kawan yang doyan buku. Yang paling menyenangkan diantara segalanya, saya bertemu kawan yang juga mencintai dan kagum pada Soe Hok Gie - sosok aktifis angkatan 66 yang luar biasa perjalanan hidupnya. Dari tukar-menukar inpoh akhirnya koleksi buku-buku Soe Hok gie yang luar biasa sulit ditemukan, akhirnya mulai terkumpul satu per satu.
Lain facebook, lain pula blog. Mengenal blog sejak 2010, saya merasa nyaman "nyinyir" atau buang sampah disini. Blog bukan lagi sekedar meng-upgrade media menulis ke sarana yang lebih mudah diakses tapi juga solusi untuk kepala yang seringkali sibuk sendiri, sulit berdamai dengan sekitar. Siapa nyana nge-blog ternyata morphinis, terlebih ketika ada follower tetap yang menunggu bahan postingan untuk didiskusikan. Malah beberapa kali ada-ada saja pesan yang bertamu entah di messanger, wa atau bbm, sekedar menyapa "Kapan nulis lagi, mba". Lucu, iya. Tapi ternyata pesan-pesan seperti itu bisa menjadi mood booster tersendiri, terutama saat-saat deadline dan ketidaknyamanan terasa mengepung dari segala penjuru. #eh
Saya harusnya bersyukur, ngeblog ternyata memberikan kesempatan bertemu kawan-kawan baik. Beberapa menjadi kawan diskusi, beberapa menjadi kawan berbagi inpoh buku-buku yang menarik dan anti mainstream, maklum di sekitar saya, lumayan jarang kawan yang doyan buku. Yang paling menyenangkan diantara segalanya, saya bertemu kawan yang juga mencintai dan kagum pada Soe Hok Gie - sosok aktifis angkatan 66 yang luar biasa perjalanan hidupnya. Dari tukar-menukar inpoh akhirnya koleksi buku-buku Soe Hok gie yang luar biasa sulit ditemukan, akhirnya mulai terkumpul satu per satu.
Majalah Tempo edisi Oktober 2016 |
Pinjam dan numpang baca punya kawan yang satu dan akhirnya kebagian dari kawan lainnya. |
Dan ketika majalah tempo mengeluarkan edisi khusus tentang surat-surat Gie yang tersembunyi, sebaris direct messange bertamu di timeline dan dengan sigap saya menghubungi kawan yang juga fans fanatik Gie supaya ngecek toko buku. Lumayan masih sempat dapat satu yang terakhir, walhasil saya numpang baca dari beliau. Alhamdulillahnya, beberapa hari kemudian saya dapat DM lagi, ternyata si kawan yang ngabarin masih bisa nemu 2 (dua) majalah, iyaah..alhamdulillah kebagian.
Tidak Ada New York Hari Ini ~ Aan Mansyur |
Masih ingat film sekuel "Ada Apa dengan Cinta"? Viewer film itu pasti tahu salah satu puisi Rangga untuk Cinta ini, "Tidak Ada New York Hari Ini" karangan Aan Mansyur. Iya, saya menyukai tulisan-tulisan beliau. Saya lupa kapan tepatnya saya mulai suka dengan tulisan-tulisannya, termasuk Mbah Pramoedya Ananta Toer, Agus Noor, dll. Untuk kumpulan puisi Aan mansyur juga begitu, kebagian DM inpoh Pre Order dan tak lama ada lagi mas-mas JNE yang membawakan buku ini.
23 Episentrum ~ Adenita |
Beberapa waktu lalu, saya terlibat diskusi dengan teman path. Tidak jauh-jauh bahasannya tentang buku Adenita, penulis buku 9 Matahari. Saya jarang jatuh cinta pada buku-buku pop, bahkan "Perahu Kertas"-nya Mba Dewi Lestari tak cukup menarik di kepala ini. Beda jauh dengan seri supernova-nya yang membuat saya menunggu 12 tahun untuk akhirnya menamatkan keenam serinya. Buku "9 Matahari" menurut saya memiliki diksi yang luar biasa, even terselip dalam kisah pop-nya. Saya betah. Betapa menyenangkannya ketika merindukan tulisan salah seorang penulis kesukaan dan tetiba seorang kawan menawarkan bukunya untukmu, terlebih buku itu sudah jarang beredar. Alhamdulillah (lagi).
Quantum Ikhlas ~ Erbe Sentanu |
Beda lagi dengan kisah buku "Quantum Ikhlas"-nya Erbe Sentanu. Akhir-akhir ini saya lelah, sedang mumet tingkat dewa, suntuk stadium 4 dan apalah kalimat yang tepat menggambarkan kondisi kepala dan perasaan yang butuh divaksinasi. Tetiba ada saja kawan blog yang bertamu di whatsapp, awalnya sekedar diskusi lebih penting mana positive thinking atau positive feeling. Bagi saya yang tipikalnya percaya pada kekuatan pikiran, tentu saja memilih yang pertama, positive thinking. Tapi ternyata buku ini berpendapat berbeda, thats why i'm little bit anxious to know more 'bout those book. Dan lagi-lagi alhamdulillah, saya dapat traktir (lagi).
Kawan-kawan ini, ada yang dari komunitas, ada yang saya kenal dari kawan, ada juga yang murni pembaca random yang tersesat di blog ini dan menetap, ada yang baru bertemu sekali, ada yang belum pernah bertemu. Mereka terpisah jarak ratusan bahkan ribuan kilo dari tempat saya, beda pulau malah, tapi mereka ada dan mau berbagi. Luar biasa. Saya merasa beruntung dan bersyukur, dipertemukan dengan orang-orang yang baik. Mungkin Tuhan ingin saya belajar melalui mereka. Belajar meninggalkan jejak yang baik kepada orang lain, bahkan bagi mereka yang di luar orbit keseharian kita. Yap, be the kind of people who leaves the mark, not a scar. Entah seberapa sering kita melewatkan orang baik dan gagal belajar dari mereka. Kalau kata Winnie The Pooh, "Sometimes the smallest things take up the most room in your heart". Iya, semoga "the most room" itu adalah hikmah.
foto cre : instagram @asrianiamir17
tulisan yang ini adem rasanya.. hehehe..
ReplyDeleteBerasa ada ac nya begituee, senior?
ReplyDeleteHahahah
adem karena ditulis pake positive feeling kayaknya, Aci.. Heheheh..
DeletePositif feeling keknya tergantung vaksinasi dah. Anggap sja mood sya yg lagi bagus.
Deleteterlalu banyak membaca buku efeknya terlalu banyak imaginasi yang akan tercipa, terlalu banyak tahu tentang sesuatu. keep reading sweetheart.
ReplyDeleteKu ga doyan baca buku.
hey, jangan bilang aku tersesat kemari, aku lama ga main kemari, entah, baru kembali ke dunia blogger
Bahahahaa, iyaaaa...
DeleteKepala masih ingat nama yg ini.
Cuman bener, sy juga kelamaan nda blogwalking.
Kerp istiqamah dah ngeblog nya.
Tulisanmu kali ini nafasnya sudah berbeda dari yg sebelum-sebelumnya. Apalagi jika menyangkut diskusi kita tentang "isi kepala".
ReplyDeleteSemoga tetap adem isi kepalamu, tidak membuat kegaduhan. Sebab hatimu yg sudah berbahagia, apapun kondisinya.
Bukunya belum sempat dilahap bah. Lumayan hectic beberapa waktu belakangan. Tpi wokehlaah, bukumu keknya vaksin yg bagus. Next time yah, janji reviewnya. Kayak tongngi apa padahal review abal2 tonji. Lol
DeleteSepertinya lebih menarik, kalau review nya setelah adami terasa hasil prakteknya. *kedipkedip
DeleteIh kedip2, ganjen luw om bro. Hahha..
DeleteNunggu dipraktekkan bakal makan waktu, yg ada bisa jadi saya kepalang lupa sma janji mereview. Mugi2 z ada waktu luang, z khatamkan, z review pke mindset insidental seadanya, nah..nah..nah..
Sebentar..sebentar.. jadi rangga bacakan puisinya Aan Mansyur di AADC 2? Saya bukan tidak tahu, tapi tidak tahu sama sekali, saya ndak kena euforia AADC 2. Menahan diri, menyabarkan diri karna bioskop hanya 1 di Kendari dan antriannya bikin ndak produktif. Saya (memilih) menyerah.Wkwkwk..
ReplyDeleteSaya cari bukunya Aan Mansyur, tapi ndak ketemu, semata ingin baca.. tertarik tanpa ada embel-embel AADC. Tapi belum juga dapat (memang belum coba cari di tobuk online), sempurna sih! :D
Haduh neekk.. Kemanaa ajah. Ceritanya kan rangga mmg pecinta sastra dri doloh, nah urusan sastra2 itu yg garap aan mansyur, ketjeehh badai.
DeleteSma jiki, nda doyan sma aadc tpi berhub z follow ig nya aan mansyur jdi tau dah klo dia yg isi puisinya rangga fi aadc. Alhasil kebagian po saia. Bahagiiaaaa..
Klo cari bukunya aan mansyur yg "tidak ada newyork hari ini", masih ada di bukabuku.com, baru sja kemarin z cek, insyaallah kebagianji itu klo cepat. Malah versi english nya juga ada. Kumplit. Met berburu neek..
ReplyDelete