Wednesday 19 December 2012

Manajemen "Prihatin"

Mari sedikit berbicara politik. :)

Isu terakhir negeri ini, masih saja berputar-putar pada para punggawa-punggawa politik yang dinilai berpotensi dan memiliki kans besar untuk mengisi posisi Presiden yang sedianya akan berakhir 2014 nanti (tangguhkan dulu kasus Aceng yang sedang hangat-hangatnya). Lembaga-lembaga survei semakin pro aktif mengukur elektabilitas beberapa jagoan negeri ini. Menariknya, dari survei tersebut, masyarakat lebih banyak menjagokan kandidat dari non partai. Muncul kesan, kepercayaan masyarakat menurun drastis terhadap partai. Isu korupsi di tubuh sejumlah parpol sepertinya bisa menjadi kambing hitam dari segalanya. 

Dan sudah rahasia umum pula, untuk tujuan RI-1, Prov-1, Kab-1 (istilahnya maksa, inti na mah, orang nomor satu di wilayah kekuasaan masing-masing) sejumlah jagoan negeri sedang getol-getolnya memeras otak, mencari jalan paling santun nan cantik untuk menawan hati rakyat. Pencitraan, tentu saja. Aktif di sejumlah kegiatan sosial, sering-sering muncul di media, umbar isu ini itu yang tentunya bisa me-mulus-kan perjalannya dan menghambat yang lain. Dan lagi-lagi dengan cara yang santun dan elegan tanpa melahirkan kesan buruk dan tendensi apapun. Semacam penggiringan opini tanpa meninggalkan zona nyaman. #Prolognya kejauhan.

Nyatanya cara cantik dan elegan itu benar-benar ada. Managemen "Prihatin" bisa jadi salah satunya. Saya membaca artikel singkat terkait dengan hal tersebut di koran lokal Sul-Sel, pagi tadi. Tepatnya kolom opini koran Fajar edisi Rabu, 5 Desember 2012, ditulis oleh salah seorang alumni Pasca Sarjana Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

Kolomnya kurang lebih membahas keramahan orang Indonesia yang kebablasan. Kearifan lokal orang Indonesia yang katanya jadi daya tarik tersendiri bagi turis asing. Tapi sapa nyana, dalam dunia politik, managemen prihatin ternyata bisa menjadi motor yang potensial untuk meningkatkan elektabilitas. Keramahan dan prihatin adalah kondisi psikis yang sepaket. Maksud saya seperti ini, keramahan yang harusnya berkembang positif, dalam perjalanannya malah bisa menyeberang jauh dan menghampiri bahkan melahirkan sisi negatif. Prosesnya kurang lebih begini, RAMAH - MEMBUKA DIRI - LAHIR EMPATI. Di empati inilah bagian "keprihatinan" muncul, berpangkal dari merasa berempati pada sesuatu dan berujung pada rasa prihatin terhadap sesuatu. Semacam efek domino, runtut, rapi, kontinu, pasti. 

Masa pemerintahan Gus Dur misalnya. Pemecatan Jusuf Kalla saat menjabat Menteri Perindustrian dari Kabinet Gus Dur tahun 2000 karena tuduhan terlibat KKN, padahal nota benenya JK adalah sosok bersih, pengusaha yang kuat secara finansial dan permodalan. Tindakan sepihak itu membangunkan rasa "prihatin" masyarakat bahkan tak sedikit yang bersimpati dengan beliau. Hasilnya nama JK semakin dikenal di masyarakat. Atau ketika masa pemerintahan Megawati. SBY (ketika menjabat sebagai Menko Polkam dalam Kabinet Gotong Royong tahun 2004) menjadi sangat dikenal masyarakat dikarenakan isu pengucilan oleh Presiden Megawati dikarenakan tindakan SBY yang mengiklankan sejumlah program kerja departemennya. Catatan lengkapnya disini. Belum lagi sebelumnya pada masa pemerintahan Gus Dur, SBY pernah didesak mundur dari jabatan Menteri setelah terjadi ketegangan antara Gus Dur dan DPR (terkait kasus Buloggate dan Brunaigate). Lagi-lagi rasa "turut prihatin" dan simpati membumi. Sama-sama menjadi korban dan sepakat menjadi kendidat Capres dan Cawapres pada Pemilu 2004 ditambah sejumlah track record yang mengundang simpati masyarakat, sempurna mengukuhkan keduanya sebagai orang nomor satunya Indonesia. 

Saya tidak sedang mengatakan kalau beliau-beliau memanipulasi animo dan dukungan masyarakat dengan rasa prihatin. Hanya mengacukan beberapa contoh bahwa celah penyalahgunaan "rasa prihatin" itu ada. Dan bagi sejumlah tim sukses yang tahu itu dan punya mental sedikit "melenceng" (tipikal menghalalkan segala macam cara), itu bisa bisa jadi misil yang sangat potensial. Yah, "Prihatin" punya peluang besar untuk meningkatkan elektabilitas seseorang. Dan tanpa payung hukum yang kuat, sah-sah saja bila ada oknum yang menggenjot popularitas lewat jalur tersebut. Sangat disayangkan saat bentuk kearifan lokal kita yang dikenal sebagai bangsa yang ramah di muka dunia, disalahkan oknum tidak bertanggung jawab. Maka berhati-hatilah mengolah "rasa", mari sama-sama mengenali dunia dan manusia-manusianya. Harapan saya, seperti penulis kolom opini di harian Fajar pagi tadi :
Semoga keramahan dan kebaikan hati orang Indonesia tidak dieksploitasi kepada hal-hal yang merugikan kepentingan bangsa dan negara.

Monday 17 December 2012

(Masih) Gie.

Ada yang bilang, kesukaan akan aus oleh waktu. Katanya waktu adalah variable paling egois yang bisa menghapus ingatan seseorang. Atau setidaknya menambah selapis demi lapis kisah dalam hidup yang membuat kisah lama melindap, terlupakan. Entah, tapi disini masih mengingatmu. Gie..

.......
bahkan dupa telah pensiun
tak sanggup membawamu kemari

lalu...
ke mandalawangi kami berlari
sebuah pesta..

....
(versi lengkapnya di postingan saya yang ini)

Mengenang Gie dengan kaos kiriman kawan. 

#just random

Saturday 8 December 2012

Damai yang sederhana


Sesekali mari duduk di beranda
Sembari menyesap teh hangat dan mengulum pisang goreng

Langit sedang interupsi
Mengirim hujan dalam musikalisasi yang puitis
Serupa babak-babak melankoli

Tik..tik..tik.. Ritme merintik.. 
Simphoni mengudara
menghadirkan satu..dua..tiga...figuran
Adalah sepasang anak kecil, bersenandung kecil menyapa kiriman langit
Mencecap jejak-jejak polos pada bumi yang basah
Sesekali bergandengan tangan, berputar-putar, penuh cita, 
berdendang merayakan kebebasan humus jati yang berbulan lalu dibelenggu kemarau

Disini..
Sesuatu sedang mengudara
Dalam sepersekian nano cahaya ia mengalun, lembut.., pasti.., ada...
Damai sedang merekah, mekar dalam figura yang sederhana. 
Sesederhana hujan yang menyapa bumi sore ini


Random note:
Sentul malam ini harusnya gegap gempita. Mupeng dah pelototi om Shahrukh Khan. Lumayan buat jejoget acha-achaa. Bila di luar sana hujan deras pertama pembuka musim penghujan tahun ini sedang berorasi penuh seluruh, disini, musik bollywood juga tak mau kalah. Meletup-letup emosional. Cukup manjur memanggil kerinduan jaman ngampus. Hari-hari berat, jauh dari keluarga serasa  menguap saat berdendang dan menari bersama kawan. Musik bollywood dan barak, kegilaan yang selalu berhasil membuat perbedaan itu lebur. 
Barak - Jaman ngampus
A day full of mad

Yah, kenangan tak pernah benar-benar pergi bukan? 

Sunday 2 December 2012

How Much You Writing Nowadays?

Apa kabar jejari motorik? 
Terlampau lama menari di tuts-tuts dari janin teknologi, masihkah ingat kawan lamamu dahulu? 

Iseng BW-an ke blog kawan baik saya dan dibuat melongo oleh prolog salah satu postingannya :
So, fellas. Kapan terakhir engkau menulis? Menulis yang sebenar-benarnya menulis. Detik ini, mendadak pikiran random saya memikirkan itu. Yah, makin kesini, saya sudah terlalu jarang menulis dengan tangan. Bak terhipnotis, teknologi membuat lupa pada pena dan kertas. Dulu jaman bocah, saya paling suka menulis catatan harian, sekalipun hanya sebaris atau dua baris per hari. Yah, seperti teman saya tadi. Mengenalnya sejak SMA, dengan kesukaan dan kegilaan yang sama, cukup membuat kami menjadi dua sejoli tak terpisahkan. Tak jarang, catatan harian saya diisi oleh dia, pun sebaliknya. Mendadak merindukan tulisan-tulisan jaman bocah dan tetek bengeknya. 

Dan... disinilah saya, bersama tumpukan-tumpukan diary usang penuh kenangan tak berperi 
#sesi lebay.

Banyak yah, dan ternyata kalau ditumpuk, sudah setinggi Kamus Inggris-Indonesia nya John M. Echols. Padahal belum termasuk buku yang disimpan kawan. Ckckkckck..


Eh, baru sadar, ternyata dari sekian banyak buku harian yang saya punya, tak ada satupun yang bentuknya unyu-unyu, hampir semua hitam, model agenda atau ukuran pocket. Dooong..dooong.. 

Ada yang selalu menarik saat membuka lembar demi lembar kenangan, buku harian misalnya. Tak jarang kita menemukan diri kita yang berbeda, lembar penuh tawa, sekelebat duka, sesi bijaksana, romantisme,  terkadang kekanak-kanakan, sangat mengejutkan. Saya jadi bertanya-tanya apa para adam juga melakukan hal yang sama dengan para hawa? Menuliskan keseharian sekaligus membukukan emosi yang mengharu biru. Pernah menanyakannya pada kawan adam tapi tak satupun yang mengaku melakukannya. Entah jujur apa tidak, tapi mereka lebih terbuka bila itu bersentuhan dengan karya sastra, puisi misalnya. #skip. 

Ah, saya sedang asyik-asyiknya menikmati kenangan. :)
Edisi sampul, just prolog
Hanya ada satu orang yang begitu berani menginvasi catatan-catatan harian saya, its Aqra, absolutely.
Random Site
Dan lagi-lagi bertemu dengan my madness that never end. Ofcourse Gie Holic. :D
Contekan gambar dari Buku "Gie", (naskah skenario film GIE), Riri Riza.
Saat sedang sok-sokan jago gambar (Gie Holic)
Asli, bedanya jauuuuuhhh (another Gie Holic)
Untuk part ini, saya harus mengucapkan big thank for Bang Yuan Wianda, yang membantu saya memiliki kaos Gie.


Another big thanks for buku Banalitas Kekerasan-nya ya bg.
Saya menikmati setiap lembar demi lembar catatan harian usang saya. Semacam wisata jiwa, saya menemukan sekian banyak kisah disana dan tentu saja, perjalanan pendewasaan terekam dengan sangat elegan. :) Menjelang dini hari, makin ngelantur. Sekalian saja membongkar kotak "pandora", surat sahabat pena, mobil-mobilan, bahkan absen kelas jaman SMP masih utuh. Saya bahkan tidak menyadarinya.



Sesuatu itu datang dan pergi tanpa dinyana, maka jagalah apa yang engkau punya, walaupun hanya benda kecil yang kadang dianggap remeh. 

Well, sepertinya saya harus menghentikan ini sebelum ngelantur lebih jauh lagi. :) 

Monday 12 November 2012

Check Your Priority!

Pict from here 
Saya paling tidak suka dengan orang-orang yang tidak bisa bekerja berdasarkan prioritas. Dalam kondisi biasa mungkin saya akan maklum tapi ketika dihadapkan dengan waktu yang kasib/ singkat, kejar deadline, saya rasa prioritas menjadi wajib. Seorang perempuan, yang konon katanya dikaruniai Sang Pencipta dengan kemampuan multitasking harusnya bisa melakukannya dengan lebih baik. Kalau sudah demikian, bukankah kolaborasi keduanya adalah aset yang sangat potensial?? Saya rasa, punya kemampuan multitasking yang lebih baik ditambah bekerja berdasarkan prioritas, apapun bisa dimaksimalkan. Betapa sia-sianya jika dua  hal itu dibiarkan percuma. Mubadzir. Kita harus mulai belajar memaksimalkan apapun yang kita punya untuk pencapaian terbaik. Saya tidak berani bilang akan selalu berhasil (toh, berhasil atau tidak selalu ada campur tangan Tuhan), juga tidak berani bilang kalau saya orang paling ahli dalam urusan itu tapi saat keduanya dilakukan, setidaknya saat kita mengusahakannya, punya keinginan melakukannya, saya percaya, hasilnya pasti maksimal. 

Yah, saya sedang kesal. Sungguh, saya menjadi kesal saat itu disia-siakan. Mungkin saya terlalu perfeksionis. Tapi salahkah menginginkan yang terbaik untuk orang-orang sekitar kita? Saya tidak akan bercerita detailnya, yang pasti kali ini saya benar-benar kesal. Dan maaf, tidak seharusnya berbagi hal seperti ini disini. Tapi saya pikir, mungkin saja, ada yang bisa mengambil hikmah dari kekesalan saya. Benar-benar maaf.

Tuesday 6 November 2012

Do People Judge Books by Its Cover?

Celoteh dini hari.
Ayo hitung... 
Berapa banyak kali dirimu terjebak untuk menilai seseorang secara subjektif? : )

Saya hampir selalu subjektif menilai seseorang, misalnya saja Indra Herlambang (postingan kemarin) atau si Aming, bahkan Rieke Dyah Pitaloka "si Oneng" yang anggota DPR tuw. Objektifitas baru muncul ketika kita menemukan novum (bukti baru) yang seolah-olah membuyarkan wujud fisik dari mindset yang sudah mengakar sebelumnya. Atau kalau tidak, secara alami, objektifitas akan muncul ketika ada perbandingan antar objek.  Duh, bahasanya ribet yakz. 

Nyolong gambar dari mbah google

Sebut saja Mbak Rieke "si Oneng" (Wih, mantabz bener ibu satu ni).  Dulu, dulu sekali, saya tidak pernah menyangka kalau si oneng nan oon (istri bang bajuri di bajaj bajuri) adalah jebolan S2 filsafat UI. Pengetahuan saya tentangnya hanya sebatas, ia seleb dan suka teater. Kecintaannya pada seni benar-benar "sesuatu". Jaman ngampus di jatinenjer, saya kadang ijin keluar demi melihat bagaimana khusuknya mbak rieke saat pentas). Dia total, saya suka, apalagi kalau sudah adu akting dengan Ria Irawan. Mantabz bener. Mendadak merindukan beliau memperkosa ekspresi di atas pentas. Kalau saya boleh diberikan kesempatan menilai kualitas aktingnya, sepertinya saya akan mengatakan bahwa ia pantas berada di level dimana Christina Hakim, Ria Irawan, Dian Sastro, Nicholas Saputra, atau Matias Muchus berada. #Skip

Dan, sama tidak percayanya ketika seorang kawan mengenalkan saya pada salah satu tulisannya, “Renungan kloset : Dari cengkeh sampai utrech”. Bagi saya, kumpulan puisinya itu brilliant. Yah, saya selalu memiliki pandangan yang sedikit “wah” pada mereka yang suka menulis pun mencintai sastra. Agak  sulit menjelaskan mengapa, bagi beberapa orang itu mungkin biasa saja, tapi kepala saya menganggap itu kompleks, unik, mengkolaborasi hampir setiap elemen krusial, intuitif, sisi psikis, intelektual dan ah, entahlah. Kompleks yang elegan. Saya sedang tidak ingin membicarakan itu. Sangat disayangkan, sekarang saya hanya mampu mempelototi kisahnya dalam episode-episode telenovela politik Indonesia. Saya jadi penasaran dengan tesis beliau “Banalitas Kejahatan: Aku yang tak mengenal Diriku, telaah Hannah Arendt Perihal Kekerasan negara” yang bahkan oleh Galang Press diterbitkan dalam buku dengan judul “Kekerasan Negara Menular ke Masyarakat”. Kapan hari, saya akan lebih bersemangat mencari buku ini. 

Do people judge books by its cover??

Judge bisa jadi adalah elemen kecil subjektifitas. Kalau saja subjektifitas adalah atom, maka dalam sepersekian nano atom, judge bertakhta dengan sempurna. Ia ada, dalam kuantitas minor. Koloninya kecil tapi juga jadi pembentuk subjektifitas. Dan tanpa peduli berapa kuantitasnya, saya menganggap itu sama. perbedaannya hanyalah judge lahir lebih dahulu, setelah sekian waktu berlalu, subjektifitas ada di belakangnya, mengekor dengan pasti. Karenanya saat pertanyaan itu ditujukan pada saya, jawabannya adalah iya.

Yah.. banyak kali. Terlebih lagi saya ada kebiasaan suka memperhatikan orang lain. Tingkah laku, gaya bicara, bahasa tubuh, punggung dan gaya berjalan (khusus dua yang bontot sudah jadi kebiasaan sejak mata kena vonis miopi, sangat membantu mengenali seseorang). Bedanya, saya membuat kesimpulan tentang seseorang setelah (setidaknya) 3 kali bersama-sama secara intens, dengan atau tidak dalam suasana hati yang sama. Kalau sudah demikian, sedikit banyak sifat dan kebiasaannya pasti ketahuan dan dengan asyiknya saya akan mengumpulkan satu demi satu kesimpulan. Artinya subjektifitas (saya) tumbuh dari sekian banyak judge yang muncul secara kontinu dan konstan. Meski begitu, nilai kebenarannya tentu saja tidak selalu valid. Yang valid adalah bentukan mindset di kepala saya tentang objek tersebut.

For example, sempat mengecap sekolah berasrama dengan kawan dari hampir setiap suku yang Indonesia, seolah-olah membuat saya panen hobi memperhatikan orang tiap hari. Bahkan tak jarang saya sengaja meluangkan waktu (biasanya lepas lari siang) sengaja duduk-duduk di ruang belajar, atau teras depan hanya untuk memperhatikan tingkah kawan atau adik tingkat di pelataran barak. #kurang kerjaan. 
Ruang belajar di barak, meja punya saya pas di sudut dekat jendela, pas bener buat  nongkrongin  kawan atau siapapun yang  lalu lalang depan barak plus portal bawah. 
Yah, 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu sepanjang 3 1/2 tahun membuat saya memahami sedikit banyak sifat dan karakter kawan, hingga menarik semacam garis karakter per pulau, per suku. Yang paling saya yakini hingga saat ini bahwa orang Sulawesi Selatan (Bugis atau Makassar), Medan (Batak), Sumsel (Melayu Ilir) dan Papua adalah empat suku yang paling bisa memahami emosi masing-masing (Ini bukan postingan SARA, no bash). Maksud saya, keempatnya memiliki tipikal bahasa verbal yang hampir sama. Lebih mudah untuk memahami satu sama lain. Sangat subjektif.

Cerita sedikit, awal-awal kuliah (tingkat satu) keempat suku tadi paling sering berselisih faham dengan kawan dari jawa. Mungkin semacam "culture shock". Perbedaan mencolok diantaranya punya potensi bergesekan. Keempat suku sebelumnya punya timbre suara yang menghentak, sedikit tinggi, cenderung ribut, sedangkan Jawa terkenal dengan bahasa verbalnya yang lembut apalagi Sunda (sampai sekarang saya masih bingung, kenapa laki Jawa sama neng sunda susah akurnya? Kekal bener kayaknya kisah Hayam Wuruk dan putri Dyah Pitaloka. Gak nyambung. #Skip). Ini baru sisi verbal, belum non verbalnya. Saat mereka bertemu, tanpa pengenalan sebelumnya, pun persiapan mental yang baik, ditambah chauvimisme yang mendalam, bukanlah hal yang mudah untuk selalu menciptakan damai. Syukurlah, sekolah dibentuk oleh sistem yang membuat semuanya padu perlahan-lahan.

Last.
Bagi saya, manusia secara individual selalu menjadi bagian yang paling menarik. Bahwa siapapun selalu memiliki sesuatu yang mengejutkan. Judge, subjektifitas termasuk didalamnya. Dan jiwa manusia sejatinya penuh dengan itu. Tidak perlu munafik, saya, anda, dan semua adalah jazad seperti itu. Perbedaannya hanyalah sudut pandang dan kematangan novum sebelum menyimpulkan. Tapi yang pasti, "Judging a person does not define who they are... it defines who you are". 

Random :
Dini hari, kepala bukannya makin cling, malah nyerempet kemana-mana.

Saturday 20 October 2012

Indra Herlambang, Kicau Kacau

Kicau Kacau "Curahan Hati Penulis Galau" by Indra Herlambang
Judul : Kicau Kacau (Curahan Hati Penulis Galau)
Penulis : Indra Herlambang
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 332 Halaman
(Cetakan Pertama : Februari 2011)

Setelah kemarin-kemarin jatuh hati pada Abraham Samad (Ketua KPK), terkagum-kagum pada Dahlan Iskan (Menteri Negara BUMN), penasaran pada Jokowi aka Joko Widodo (Gubernur DKI), sekarang sepertinya makin kesengsem sama Indra Herlambang. 
What??!! Indra yang selebritis itu?? Loh?!!

Asli, kiri-kanan dak nyambuuuung.. 
Yuhu, sejak membaca buku Kicau Kacau karya Indra Herlambang setahun lalu (telat banget bikin reviewnya), sepertinya saya makin tertarik dengan makhluk yang satu ini. You know why? Karena ia sukses membuat saya terbengong-bengong setelah melahap bukunya. Kicau kacau sudah berhasil meruntuhkan wujud seorang indra yang super cerewet bin kocak di kepala saya menjadi seorang yang benar-benar cerdas, apa adanya. Tapi tenang saja, kicau kacau benar-benar renyah. Sekumpulan artikel ini punya nyawa yang sempurna mematikan rasa bosan. Ngalor ngidul yang cerdas. :)

Ada kesan yang sulit terlupakan saat melahap buku ini. Sangat ringan, kocak, cerewet, pun cerdasnya dapat semua. Seorang indra menyampaikan pendapat dan perasaan tanpa mengikutsertakan kesan menjajah ataupun memvonis orang lain. Selalu berbicara dalam ranah ke-aku-an seorang indra. (Lebay-nya) Seolah-olah ia punya punya nuklir super hebat dalam etalase sederhana yang oleh siapa pun bisa mendekat dan melihat dengan sangat jelas, tapi sekaligus menebar keyakinan bagi siapa saja yang melihat nuklir itu bahwa mereka benar-benar terlindungi dengan aman.

Tagline bukunya "Curahan Hati Penulis Galau", tapi kalau galau yang jenis ini, saya mah excited banget. Pada satu sisi, kesan acuh tak acuhnya sangat kental tapi sebenarnya jauh di dalam hati terselip rasa dan pemikiran yang mendalam. Ada beberapa quotenya yang saya suka, seperti :
  1. Saya sih cukup yakin bahwa manusia dibikin untuk bisa lupa demi kebaikan kita sendiri. Karena ada banyak hal yang lebih baik dilupakan supaya kita bias tetap waras. Lupa menurut saya adalah anugerah terbesar dari sang Maha. Bayangkan kalau kita bisa dan selalu ingat semua hal?
  2. Dalam titik terendah hidup kita, terkadang sedikit kebanggaan bisa jadi satu-satunya alasan buat tetap bertahan”.
  3. Saya yakin manusia ikut dibentuk oleh masa lalu. Dan kehidupan kecil kita akan terbawa. Mengikuti langkah dewasa yang kita ambil dan membayangi keputusan matang yang kita pilih nantinya.
  4. Orang paling beruntung adalah mereka yang sadar bahwa di dunia ini mereka tak punya apa-apa. Karena mereka pasti tak akan pernah kehilangan. (Ini quote favorit saya (mirip quote-nya Soe Hok Gie juga), paling mendasar dan sangat manusiawi.)
Seperti taglinenya -curhatan galau-, Kicau Kacau full opini-opini insidental khas manusia galau.  Kalau biasanya orang kebanyakan sudah terlalu menganggap biasa dunia sekitar (ya iyalah... secara tiap hari yang ditemui itu-itu saja), sampai tiba pada kesimpulan, seolah-olah tidak ada satupun (lagi) yang luar biasa dengan sekitar kita. Tapi indra berbeda, justru sekitar yang membuatnya "galau". Galau yang kocak bin cerdas. Salah satu yang paling saya ingat dari buku ini adalah celoteh Indra tentang kesendirian (sedikit kesal saat sering ditanya orang-orang gegara nonton dan makan sendiri), ia berpendapat begini :
“Kenyataan yang menyebalkan, ternyata bagi banyak orang, kesendirian adalah sebentuk keanehan. Saya cinta keluarga saya, saya cinta keluarga dan teman-teman saya. Tapi saya juga cinta diri saya karenanya menikmati waktu dengan diri sendiri, berteman dengan diri sendiri, berdialog panjang dengan diri sendiri. Buat saya bukan merupakan pilihan, tapi keharusan. Apalagi sebenarnya di ujung hidup ini ada kematian. Sesuatu yang harus benar-benar dijalani sendirian tanpa teman”. 
Atau pas booming-boomingnya iklan anlene, Indra lebih suka menanggapi seperti ini : 
“Mungkin saat ini, pertanyaan yang lebih penting untuk dijawab bukan berapa banyak langkah yang kita buat tahun ini, tapi kemana saja langkah itu akan membawa kita pergi”. 
Belum lagi bab-bab lainnya yang tidak kalah galau bin kocak bin cerdas. Overall, saya suka sekali dengan buku ini. Ringan tapi ada saja bagian-bagian yang sangat menyentil. Belum lagi pemikiran-pemikiran aneh bin ajaib Indra tentang hal-hal di sekitarnya. Sumpah, buku ini sangat tepat bagi mereka yang sedang mencari bacaan ringan. Mungkin ada sedikit kesamaan dengan tulisan-tulisan  Raditya Dika, tapi entah kenapa saya lebih suka buku bang Indra. Bagian yang paling menarik dari manusia adalah bahwa siapapun selalu memiliki sesuatu yang mengejutkan. Dan saya menemukannya dengan sangat utuh dalam buku ini.

Sedikit bonus, suka deh sama quote bang Indra untuk Jokowi yang ini :

Nyolong capture dari twitter bg Indra. :P
Random :
Mungkin akan sulit meng-amin-i tapi saya yakin setiap manusia memiliki kebijaksanaan masing-masing. Dari yang kocak bahkan seorang bejat sekalipun. Yang membedakan, saya, anda, kita atau mereka hanya kadar kebijaksanaan antara satu kepala dengan lainnya. 

Monday 17 September 2012

Quotes of Dewi "Dee" Lestari (Supernova Series)

Masih musim Supernova disini. 
You know, why? Karena supernova selalu berhasil membuat saya menjadi lebih pintar bin cerdas dalam waktu bersamaan. :)

Supernova koleksi saya. :)
Daripada bengong, iseng posting rekapan quotes "Supernova"-nya mbak Dee. 
Kali ajah ada penikmat Supernova yang sedang mencarinya di luar sana. Tapi yah.. versi kesukaan saya. Here we go..


Supernova #1 "Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh"
  • Bahwa kebenaran yang utuh baru kamu dapatkan setelah melihat kedua sisi cermin kehidupan. Tidak cuma sebelah. (Hal 10)
  • Ternyata, pelacuran terjadi dimana-mana. Hampir semua orang melacurkan waktu, jati diri, pikiran bahkan jiwanya. Dan, bagaimana kalau ternyata itulah pelacuran yang paling hina? (Hal 69)
  • Semua peristiwa hanyalah semata-mata peristiwa, tapi cara kita menyikapinyalah yang memberi label. Entah itu diberi judul tragedi atau keberuntungan. (Hal 155)
  • Semua perjalanan hidup adalah sinema. Bahkan lebih mengerikan darah adalah darah dan tangis adalah tangis. Tak ada pemeran pengganti yang akan menanggung sakitmu. (Hal 169)
  • Berhenti memilah antara apa yang diinginkan dan tidak, lalu stagnasi hanya karena anda berkeras atas sesuatu yang sebenarnya harus berubah. Berhenti juga menilai baik buruk dari apapun. Bahkan untuk itu anda hidup. Anda adalah pengamat dan penikmat. Bukan Hakim. (Hal 227)
  • Opto, ergo sum. Aku memilih, maka aku ada. (Hal 259)

Supernova #2 "Akar"
Tidak setebal Supernova #1 Kesatria, Putri dan Bintang jatuh, hanya tiga keping (bab). Kutipannya juga sedikit simple. Nilai plusnya terjalin lebih banyak dalam percakapan antar tokoh dan alur cerita itu sendiri. So, mending baca bukunya deh. : ) Tapi yang pasti Supernova "Akar" sempat jadi kontroversi HIndu - Budha gegara lambang oumkara dan si Bodhi.
  • Art partly completes what nature cannot bring to a finish. Art carries out nature's unrealizd end.
  • Life is all about how to control our minds, and how to make use of aour limited knowladge.

Supernova #3 "Petir"
Sama simplenya dengan Supernova "Akar", hanya 3 keping. 
  • Orang yang menukar jiwanya sama duitlah yang bikin duit punya nyawa.
  • Ternyata hidup tidak membiarkan satu orang pun lolos untuk cuma jadi penonton. Semua harus mencicipi ombak.
  • Percaya bahwa di dunia ini tak ada yang sia-sia. Membiarkan hidup dengan caranya sendiri menggiring kita menuju sebuah jawaban.
  • ...... bahwa akan tiba saatnya orang berhenti menilaimu dari wujud fisik, melainkan dari apa yang kamu lakukan.
  • Percayalah, setiap pertemuan memiliki maksud yang sempurna. Untuk kamu, saya ada. Dan untuk saya, kamu ada. Kita hadir untuk menyempurnakan satu sama lain. 
  • Alangkah indahnya kalau kita bisa hidup bagai hujan. Turun, menguap, ada. Tanpa beban apa-apa.

Supernova #4 "Partikel"
Untuk Supernova Partikel dan semua tetek-bengeknya (termasuk quotenya), sudah saya rangkum di book review versi saya. 
Silahkan klik disini.


Well, saran saya. 
Kalau ingin menemukan parade quote-nya Dee yang sesungguhnya, silahkan cari Filosofi Kopi. 
Dijamin, anda akan memanen sekian banyak quote yang mengharu-biru. 
#apa sih. 

Tuesday 11 September 2012

The gift of a friend...

Am i singing?? Ofcourse not, dear.

Berhubung saya masih didn't find a way home (doh, bahasanya), jadinya malak orang-orang buat nulis untuk blog ini. Dan well, gayung tersambut. Salah seorang kawan bersedia melakukannya, setelah dibujuk-bujuk tentunya. Hihii. Memang makhluk yang satu ini paling asyik diajak tukar pikiran. Saya suka dengan komen-komennya yang simpel menyentil, sedikit yang mencubit. Hah, hentikan basa-basi ini. Em.., yang kenal gaya tulisan berikut pasti tahu siapa nenek pengicau yang saya maksud. Hehehhehe....

Sang Ratu ^^

Mungkin kini aku akan menjadikan dirimu Sang Ratu
Diantara mereka yang asyik menyapa dengan bahasanya
Ya!!! Hanya kamu.. sang pemangsa ..
Yang tak bosan menjejakkan cerita dengan petuah beda
Rasanya seperti terguyur air hujan yang datang tiba-tiba 
Ketika semua asyik dalam mimpinya, aku mengingat gelak dan teriak sang penjejak.. 

Kelap-kelip dari pijar lilin itu tak menyurutkan jejak jemariku.. 
Merangkai barisan kata yang entah kau suka atau tidak… 
I don’t like to sleep alone (PAUL ANKA) 
Temani lekuk malamku, … 
Itupun tanpa alasan kuputar.. 

Soldier of the fortune.. (DEEP PURPLE) 
Kembali mengajakku nikmati malam sepi… 
Dan konyol… 
Semua isi kepala hanya kupersembahkan kepada sang pemangsa… 
Yeaaaahhh.. jujur aku suka, tiba-tiba aku larut dlm setumpuk kata… 
Untukmu diseberang sana,.. bahagiakah??? 
Ketika rangkaian bait-bait kusuguhkan rasa pahit??? 
Atau sakit??? 
Cibirku mungkin tak pengaruh buatmu… 

Don’t Cry… (Gun N’ Roses..) 
Mengiringi pojokan hati 
Menelusup halus.. 
paksaku semakin larutkan kata untukmu Sang Ratu 
Tak ada sangkut paut.. 
Tapi aku makin larut dalam kesumat lagu itu 
Tahukah kamu yang diseberang sana??? 
Sepertinya muak, jika ini semua kupersembahkan untukmu… 
Bahhh..!!! rasanya siapapun akan mencerca, 
Tapi lagi-lagi aku dengan sukarela merasa.. 
Aaahhh… dirimu memang sang ratu 
Layak sangat.. tanpa jeda untukmu.. 
Bukan hanya kamu, tapi kini kamu… 
Mengertikah???

Aku seperti benang halus yang terjuntai sekarang 
Dengan gemulai meneriakan setiap kata diotak kanan 
Cmiwww.. bahkan otak kiriku ikut mencicipi.. 
Teriakan.. Roberta Flack dengan “Killing Me Sofly with His Song” 
Dengan suara basahnya.. 
Buatku makin enggan aku pergi dari kotak-kotak ajaib ini.. 
Lagi dan lagi… untukmu Sang Ratu.. ^^ 

Saatnya kukembali kealamku.. 

untukmu... 
Semoga selalu ada kata yang berkata.. 
Night... 

"Orang Mukmin adalah ibarat cermin bagi Mukmin yang lain. Mereka bersaudara di antara satu sama lain. Memelihara harta bendanya dan melindungi kepentingannya masa ketiadaannya" (Riwayat Abu Daud) 

Bisa menebaknya? Ini dia, tattaaadaaa... si bonbon



Dan seperti janji saya, nek. Ini sudah diposting. 
Sama sekali bukan masalah layak ato tidak layak, tapi ikhlasnya dirimu mengisi blog ane yang dah terlupakan ini. Hehheh... Makasih yoo nek. Kalo masih punya stok, ane siap posting disini lagi koq. Hiihihi... 

Friday 31 August 2012

Kebijaksanaan Berbanding Lurus dengan Usia?

Saat BW-an, nemu pertanyaan seperti ini :
Apakah kita benar-benar bisa mendapatkan lebih kebijaksanaan pada usia tertentu atau dengan kata lain semakin bertambah usia akan semakin bijak?

Capture dari blognya mas arya-devi.

Bagi saya, tidak ada jaminan kebijaksanaan selalu berbanding lurus dengan usia. Yang berbanding lurus itu pengalaman dan usia. Makin tua makin banyak mengecap asam garam, tapi tidak dengan kebijaksanaan, tidak melulu. Sebab kebijaksanan produk karakter, sebagian produk pengalaman/ masa lalu, tapi juga lebih banyak dipengaruhi faktor lingkungan. Dan lebih banyak lagi yang ditemukan dari proses pencarian, perjalanan spiritual, melibatkan intuisi dan sosial secara paten. Kalau bakat dibawa dari lahir, tidak dengan kebijaksanaan. Ia ditemukan, bukan dilahirkan.

Random note:
Postingan singkat. 
Hehhhe... itu kate saya, persis komen singkat saya di postingan mas arya. Maklum baru bangkit dari mati suri (Hiatus selama hampir 3 bulan, rekor terparah sepanjang nge-blog di bumiaccilong). No idea. Walhasil, posting draf bulukan juga dak apa-apa. Asli polos tanpa embel-embel penjabaran lebih jauh. Kepala saya sedang tidak berdamai dengan waktu. Ide sepertinya terbang menjauh satu per satu, dan jejari motorik rasanya begitu malas berselancar dari blog ke blog. Dan you know, hiatus membuat saya tidak nyaman, selalu merasa ada yang kurang. Ada sesuatu yang tidak terbebas (#sesi lebay). Yah, kicauan saya harus punya rumah yang tepat. Daripada dianggap sinting, mari berpendapat dan berbicara sebebas-bebasnya. 

This my own line, my bumiaccilong. 
Sepertinya, sekarang merasa lebih baik. : )

Tuesday 5 June 2012

Dewi Lestari, Partikel (Supernova Series)

Supernova, Partikel by Dewi "Dee" Lestari

Judul : Partikel (Supernova Series)
Penulis : Dewi "Dee" lestari
Penerbit : Bentang
Tebal : 500 Halaman
(Cetakan pertama : April 2012)

Zarah Amala sangat dekat dengan ayahnya -Firas, seorang dosen kenamaan bidang mikologi salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Bandung-, dibesarkan tanpa pendidikan formal, semua pengetahuan praktis diperolehnya dari ayah seorang. Semua bidang pengetahuan dikuasainya dengan baik, kecuali pendidikan agama. Belajar dan dekat dengan alam membuatnya tumbuh sebagai gadis yang pemberani, logikanya matang. Hingga suatu hari sang ayah menghilang tanpa jejak bersama obsesi ilmiahnya pada jamur. Satu demi satu persoalan datang, hubungannya dengan ibunya merenggang, dimusuhi kakek dan neneknya karena pendidikan agama yang minim. Jiwanya berontak, dan mulailah ia berkenalan dengan pencarian.. keyakinannya, ayahnya, semuanya..

Bagaimana perasaanmu ketika menunggu sesuatu dengan penuh harap,
lalu setelah sekian waktu berlalu iapun hadir dan benar-benar ada?
Yang menunggu lahirnya "Partikel" dari seorang Dee selama 8 tahun pasti tahu rasa itu. Bayangkan 8 tahun dibiarkan dengan rasa penasaran lalu tiba-tiba kabar gembira itu datang. 
Halloowww.. Partikel is now here! 
Saya salah satu yang je-jingkrak-an setelah tahu kabar itu. Yap, saya pelahap tulisan-tulisan Dee terutama Supernova Series. Bahkan melahap "Perahu Kertas" -novel pop Dee- padahal biasanya saya tidak menyentuh buku-buku genre pop.

Yah, saya pecinta tulisan Dee. Bukan tanpa alasan, saya tipe pembaca yang suka melahap bacaan yang bisa menghibur dan memberikan sederet informasi di saat bersamaan. Tentu saja, dengan gaya penuturan yang ditolerir indera saya. Dan tulisan Dewi “Dee” Lestari punya itu, terlebih pada Heksalogi Supernova. seolah-olah kita dibawa pelesir dalam keresahan-keresahan, logika, pola pikir dan imajinasi seorang Dee, sesekali dicecar dengan sedemikian banyak keingintahuan, kritik sosial, teori-teori ilmiah dll. Bukan Dee namanya, tanpa ada selipan refrain ilmiah. Bagi saya, itu magnet yang sangat besar untuk dibiarkan begitu saja. Mari penasaran.

Mengapa Supernova membuat sangat penasaran (bagi saya)?
Plot besar dibalik kisah Supernova, pastinya. Bagaimana semua kombinasi teori konspirasi new age, teosofisme, kedatangan UFO, teori fisika kuantum, biologi, filsafat, psikologi, mitologi aztec, perjalanan spiritual, dan entah apa lagi bisa padu demi mempertemukan semua elemen supernova : jaringan, akar, petir, partikel, dan gelombang dalam sebuah ending yang entah bagaimana. Membaca Supernova, seakan digiring pada ekspektasi besar tentang ending kisah karya Dee. Penasaran.

Saya suka pada buku-buku yang mengangkat tema tak biasa, isu sosial, filsafat dan psikologi adalah sebagian di antaranya. Dan lagi-lagi, Dee memberikan itu semua. Sebut saja, isu gay di Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh (sekitar awal 2000an, isu tentang gay memang mulai mencuat. Duh, serasa tua. Padahal ntu kan jaman saya SMA), lalu tema pencarian yang begitu kental di Akar, sebuah perjalanan spiritual, kisah Elektra (Petir) dengan seabrek pertarungan batin yang membuatnya menjelma dari “itik buruk rupa” menjadi “angsa nan rupawan”, lebih ke psikologi menurut saya, tanpa melupakan sedemikian tema lain yang padu dengan tema utamanya.

Lalu di partikel, tema go green sangat terasa. Bahasan fungi (jamur) sangat detail, dikombinasi dengan enteogen, praktek shamanisme, kontroversi seputar taman eden plus diperkompleks dengan informasi-informasi photografi (salah satu bakat zahra -tokoh utama Partikel-). Semuanya diramu dengan sangat elegan dalam tema pencarian (dalam arti luas, pencarian jati diri, kebenaran/ perihal ketuhanan) atau perjalanan spiritual, seperti supernova-supernova terdahulu. Jadi jangan khawatir, bahasa Supernova tidak seribet Dunia Sophie karya Jostein Gaarder (yang mendapat pujian dari pembaca dunia karena berhasil merangkum filsafat selama dua setengah milenium ke dalam kisah seorang Sophie), tapi tidak kalah informatif dari itu, lebih ringan dengan penyampaian yang lebih sederhana. Seolah-olah kita diajak untuk berkenalan dengan sesuatu yang "besar" tanpa harus berdandan ini itu agar terlihat pantas. Cukup hadir apa adanya, dan sesuatu yang besar itu akan mendekati kita dengan pesonanya yang “wah” tanpa harus takut pengetahuan kita tidak cukup siap untuk menerimanya. Saya ribet menemukan kata yang tepat untuk membahasakan pandangan saya. :)

Dan entah kenapa, tiba-tiba saya merasa, "Infinitum"-nya Ahyar Anwar, sedikit banyak lahir sebagai dampak positif (kena influence) dari karya-karya Dee. Yah, pencarian, perulangan, ad infinitum, sangat Dee. Perbedaannya hanya satu, gaya bertutur dan itu membedakan animo membaca saya secara menyeluruh. Ahyar Anwar lebih cenderung menuliskan novelnya dalam bahasa sastra yang benar-benar gemulai, runtut, berkepanjangan sampai membuat saya enek. Bukan nge-bully, cuma perasaan pribadi saya saja.

Partikel dan Supernova
Hm, bila disandingkan dengan pendahulunya (menurut saya), Supernova "Partikel" mengambil masing-masing sedikit dari pendahulunya. Terkesan dibangun dari kombinasi ketiganya, sebut saja unsur biologi dari "Ksatria, putri dan Bintang Jatuh", perjalanan atau travelling ala Bodhi "Liong" di Akar dan bahasa ringan cenderung nge-pop yang melahirkan "Partikel" sebagai kombinasi ketiganya. Tentu saja, dengan bahasa dan ide yang lebih segar.

Menunggu sekian tahun untuk Partikel, membuat saya harus membaca ulang Supernova dari awal. Semacam ada perasaan takut melewatkan sesuatu bisa kisah sebelumnya terlupakan. Dan seperti candu, saya dibuat maraton membacanya, sampai susah tidur saking penasaran dengan endingnya. Walhasil, esoknya di kantor, hanya bisa menguap menahan kantuk, sembari bergerilya melawan oleng-oleng gara-gara kurang tidur. Dan saya menyesal. Setelah menamatkan Partikel dalam sekali lahap, bukannya puas, saya justru dibuat makin penasaran dengan buku berikutnya. Ah, semoga mbak Dee menyegerakan kisah si Alfa dalam Supernova "Gelombang" dan kisah keseluruhan elemen dalam supernova "Inteligensi Embun Pagi". Amin. :)

Dan, well (pendapat saya pribadi), mbak Dee sepertinya memang harus segera meluncurkan sekuel supernova Gelombang dan Inteligensi Embun Pagi. Kalau tidak, ide besarnya tentang supernova bisa terbaca dan bukan jadi kejutan lagi. Atau kalau tidak, bahasan jenis konspirasi new age, mitologi aztek, dll sudah terlanjur basi dengan menjamurnya refrain ilmiah tentang itu di toko-toko buku. Terlebih lagi, kata kunci -tujuh gardu di bumi, tiga teman paling utama (tentu saja Diva, Bodhi, dan Elektra), matahari kelima (dalam mitologi aztec merujuk ke bumi, dunia), di poros keempat- dari Surat S kepada Partikel secara tidak langsung memberitahukan jenis bacaan Dee. Ada kemungkinan informasi dari refrain tulisan Dee muncul di Supernova berikutnya, dan saat itu terjadi tentu bukan kejutan lagi, hanya akan jadi “de javu” atau “ooo…” yang panjang. Sedikit banyak pasti mengurangi kadar penasaran pada cerita.

Yang sedikit mengganggu saya. 
#abaikan
Beberapa bagian yang membuat saya berhenti sejenak sebelum melanjutkan bacaan. Saat-saat subjektifitas dan interpretasi saya lebih berkuasa :
  • Pada bagian-bagian pencapaian Zahra, entah itu saat membagikan pengetahuan atau informasi yang wah dari pengalaman hidupnya, selanjutnya akan diikuti dengan beberapa penjelasan dimana dan bagaimana ia bisa tahu "sesuatu/ pengetahuan/ informasi" itu. Lalu disisiplah kisah bagaimana asal muasalnya. Untuk sejenak, saya tiba-tiba merasa (perasaan saya loh yah) seolah-olah sedang mencatat poin-poin penting seperti sedang kuliah. Disebutkan beberapa bagian penting lalu secara sistematis dijabarkan satu persatu dengan penjelasan yang lebih kompleks. Terkadang sistematis bisa mengurangi animo, terkesan berpola, cenderung kaku, untuk sejenak saya rindu randomisme saat tiba pada bagian-bagian itu.
  • Sampai Partikel dilahap habis, saya masih belum tahu siapa yang mengirim foto jepretan Zarah yang membuatnya jadi pemenang sebuah kompetisi yang kemudian menjadi awal perjalanan dan pencariannya. Entah karena lupa, kehilangan ide atau justru sengaja dibuat sebagai kejutan di supernova berikutnya. Atau bisa jadi, pengirim foto justru juru kunci semua kisah Supernova Dee yang akan menyatukan Diva si Jaringan, Bodhi si Akar, Elektra di Petir, Zarah si Partikel, dan Alfa si Gelombang. Yah, hanya Dee dan Tuhan yang tahu. Hahhahah... mari penasaran.
  • Bagian yang berkisah tentang hubungan asmara Zahra dan Strom, sepertinya terlalu sinetron. Sekalipun Dee sudah dengan gamblang menyebutkan dalam Partikel bahwa "We're built for drama". Tapi yah.. saya masih saja beranggapan itu berlebihan. Dan lagi "sex in the first date", its not eastern culture. Hei, ini ide Dee. Tulisan, tulisan dia. Suka-suka dia juga dongz mau membawa kisah zahra ke arah mana. Upss.
  • No "Diva" di Partikel, tapi setidaknya akar dan petir telah bertemu.

Last but not a least.
Seperti personal view saya biasanya, rasanya tidak lengkap tanpa menyertakan quote-quote dari buku. Ini buku Dewi "Dee" Lestari. Sudah harga mati, pembendaharaan katanya mantab, bahasa kritis dan kontemplasi bisa muncul di bagian mana saja. Untuk saya pribadi sangat terkesan dengan yang berikut :


  • “...manusia telahir ke dunia dibungkus rasa percaya. Tak ada yang lebih tahu kita ketimbang plasenta. Tak ada rumah yang lebih aman daripada rahim ibu. Namun, di detik pertama kita meluncur ke luar, perjudian hidup dimulai. Taruhanmu adalah rasa percaya yang kau lego satu per satu demi sesuatu bernama cinta.” (hal. 8)
  • “Semua pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban. Untuk keduanya bertemu, yang dibutuhkan cuma waktu.” (hal. 69)
  • “Akhirnya aku mengerti betapa rumitnya konstruksi batin manusia. Betapa sukarnya manusia meninggalkan bias, menarik batas antara masa lalu dan masa sekarang. Aku kini percaya, manusia dirancang untuk terluka.”
  • “Manusia berbagi 63% kesamaan gen dengan potozoa, 66% kesamaan gen dengan jagung, 75% dengan cacing. Dengan sesama kera-kera besar, perbedaan kita tidak lebih dari tiga persen. Kita berbagi 97% gen yang sama dengan orang utan. Namun, sisa tiga persen itu telah menjadikan pemusnah spesiesnya. Manusia menjadi predator nomor satu di planet ini karena segelintir saja gen berbeda.” (hal. 227)
  • “Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit lagi ketika berkali-kali jatuh. Jangan pikirkan kamu akan sampai dimana dan kapan. Tidak ada yang tahu. Your strength is simply your will to go on.” (hal. 462)

(Yang lagi cari qoute dari tiga Supernova seri sebelumnya, silahkan klik disini).
Thats all. 
Ini Personal view saya, semisal ada yang tertarik beli dan ternyata tidak suka, jangan protes yew.
Everyone have a different tastes. :p

Friday 25 May 2012

I'll Be There by XLR8

Holla fellas.
Hm, sepertinya saya makin jarang mampir di lapak ini. Beberapa minggu terakhir sepertinya tidak ada yang spesial untuk dibahas, dan hidup saya pun hanya berkutat pada rutinitas yang itu-itu saja (Eh, nggak ding. Minggu lalu sempat freshing time sama Si Uty, jenguk tante sembari berburu cumi segar : D).
And now, i am here, duduk manis, sejaman wara-wiri nyari lagu di rumah mbah google. Dan tanpa sengaja, sepertinya kuping ini merasa nyaman dengan lagu ini. English dan tagalog (Filipina) di-mix ternyata asyik juga. Musiknya rada familiar di kuping, sepertinya pernah dengar tapi kepala saya tidak bisa menemukan pernah dengar dimana. #abaikan. Mendingan dengar lagunya saja. Asyik ee..




Lirik :
The first time I laid my eyes
On someone like you
I can't forget the hour
That moment with you
Then I had realized
Love's growing deep inside
I feel the beating of my heart
Chorus:
Araw gabi, lagi na lang pinapangarap ko'y ikaw
Dinarasal ko na balang araw
Sa paggising ko tayo'y nagmamahalan na
(Cause) We belong together
Always and forever
Call my name and
I'll be there...

Spending my days and nights just thinking of you
How you make me wanna smile with the things that you do
When will I hear you say love's comin' on your way
And that you'll start to feel the same

(Repeat Chorus except last word)

Araw gabi lagi na lang pinapangarap ko ito
Dinarasal ko na balang araw
Sa paggising ko'y tayo

(Repeat Chorus except last word)

... there...
Kalo suka, download versi MP3nya disini

Eh, pas putar videonya dan liat gambar XLR8, (lagi-lagi) ngerasa pernah liat gambar dengan pose yang hampir sama. Dan ternyata... walaah...

Pict Source

Ternyata mirip cover 3rd albumnya Super Junior. Dan saya baru tahu, salah satu lagunya pun persis sama dengan lagu Super Junior. Kalo masih gda kerjaan, coba deh bandingkan, Sorry Sorry-nya Suju Versus You're So Hot -nya XLR8 (Sorry-sorry versi Tagalog. Musiknya persis, bahasanya doang yang beda. Entah memang sudah dapat izin atau tidak, yang pasti ini satu lagi bukti hallyu wave sedang meradang di dunia :).




You're So Hot by XLR8. Cr : sapphire Jeans


Sorry Sorry by Super Junior. Cr: risayuliandari

Note :
Baru nyadar, video ntu diunggah sejak 2010, berarti Filiphina kena hallyu wave lebih duluan dari Indonesia. #abaikan (lagi)
It's freshing time. 
Manusia harus tetap merasa nyaman bahkan dalam keadaan sibuk bin terjepit sekalipun. Dengan begitu, akan selalu ada cadangan ide untuk hasil yang lebih baik bukan? :p

Wednesday 9 May 2012

Kita versus Korupsi

Headline news hari ini : 
Nunun Nurbaeti diganjar hukuman pidana penjara 2 tahun 6 bulan, denda Rp 150 juta, subsidair 3 bulan penjara, terkait kasus suap pemenangan Miranda S. Goeltom sebagai DGSBI 2004. 

Sebelumnya, 20 April kemarin, Nazarudin sudah lebih dahulu divonis 4 tahun 10 bulan penjara, denda Rp. 200 juta, subsidair 4 bulan penjara setelah terbukti bersalah menerima suap dari PT Duta Graha Indah Tbk terkait pemenangan tender dalam pembangunan wisma atlet. 

Apa saya sedang membandingkan keduanya?  
Tidak. Saya hanya sedang miris.  Perlahan tapi pasti KPK membuktikan kinerjanya. Pangkal menjumpai ujung, satu persatu kasus korupsi menemui titik terang, menampakkan hasil menggembirakan sekaligus membuat trenyuh. Dari dua kasus korupsi di atas, seperti gunung es, satu per satu menyeret nama-nama pembesar lainnya yang terlibat. Kita digiring pada kenyataan bahwa sudah begitu banyak pembesar negeri ini yang terlilit kasus korupsi. Dan lucunya akarnya ada di Dewan negeri ini, institusi yang notabene perwujudan riil keberadaan rakyat di pemerintahan. Diakui KPK, untuk Januari - April 2012 saja, terdapat 15 kasus, 12 diantaranya adalah kasus korupsi, 6 diantaranya melibatkan anggota dewan (DPR RI dan DPRD). Sisanya melibatkan Kepala Daerah dan Pejabat Negara. Omigooott.. Jadi tidak perlu heran bila kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah juga semakin berkurang.

Sumber gambar
Kalau dipikir-pikir, pangkal kasus ini sangat sederhana. Ketidakpuasan. Sudah sifat dasar manusia yang menginginkan kenyamanan-kenyamanan praktis yang melenakan. Saya, anda, dan siapapun di luar sana punya keinginan untuk sejahtera lahir dan batin. Keinginan yang kadang menjadi perangkap tidak sadar untuk memilih jalan yang tidak tepat demi mendapatkannya. Dan sepertinya, manusia lebih sering terperangkap dan sulit lepas dari kenyamanan-kenyamanan secara lahiriah, secara materi. Manusia terlalu sering lupa bersyukur, terlalu sering lupa Tuhan dan kenyataan bahwa ada suatu hari saat semua perbuatan dimintai pertanggungjawaban. 

Stop, saya tidak berkompeten meneruskan ini. Tahu diri, saya bukan orang yang lebih baik dari orang-orang di luar sana. Setidaknya saya menyadari satu hal, 
Pencapaian fisik tidak selalu berbanding lurus dengan kepuasan batin, terutama bagi mereka yang tidak ber-Tuhan.


# Qoute yang sama dengan postingan sebelumnya.
Pengingat bagi saya dan siapapun di luar sana.

Tuesday 1 May 2012

Korean Wave, Indonesia Under Attack

Siapa yang tidak kenal SUPER JUNIOR? Kalo beberapa waktu kemarin pertanyaan itu dikemukakan, sepertinya masih banyak yang ngacung. Tapi kalo hari ini pertanyaan serupa dilontarkan, sepertinya hampir semua tahu itu. Konser Super Show 4 selama 3 hari berturut-turut di Indonesia sudah cukup mem-booming-kan nama "SUPER JUNIOR" boyband Korea besutan SMnet. ELF (sebutan untuk fans suju) klepek-klepek, malah tak kurang yang jadi ELF dadakan.

Tak heran, euforia super dahsyat mencuat dimana-mana, SS4INA menjadi trending topic berhari-hari di Twitter, Facebook, liputan-liputan infotainment, koran, bahkan stasiun tipi yang biasanya notabene full berita pun menyiarkan hal yang serupa. Mendadak bahasan ini juga ramai menjadi perbincangan hangat para budayawan Indonesia. Wih, betapa hebatnya passion K-Pop yang sedang melanda Indonesia. Jujur saja, saya juga salah satu penikmatnya. Hei, kita tidak sedang membicarakan boyband!

Sejak SMP, saya selalu tertarik dengan hal-hal yang berbau budaya tapi bukan fanatik. Selain indonesia yang multi-etnis, budaya Jepang dan korea adalah dua ketertarikan terbesar saya, mulai dari pakaian adatnya (kimono dan hanbok), upacara minum teh, kebiasaan membungkuk mereka. Rasanya sesuatu.. :P #eaa.. Semakin kesini ternyata ketertarikan saya tidak pernah berhenti, dan tentu saja berharap suatu saat bisa menjejalkan kaki di sana terutama di Kyoto (Jepang) dan Nami Island (Chuncheon, Korea Selatan), yang pernah nonton "Winter Sonata" pasti tahu. Ah, lupakan basa-basi ini.

Hallyu Wave, sumber.

Back to focus, sebenarnya kenapa budaya Korean begitu booming belakangan ini?

Dari sebuah artikel disebutkan kalau semua itu tidak terlepas dari perencanaan matang pemerintah Korsel menjadikan K-pop sebagai ladang bisnis demi membangun perekonomian lewat jalur seni. Dimulai sekitar tahun 80-an saat pemerintah Korsel merancang Korea masa depan dengan memberikan beasiswa besar-besaran kepada artis dan seniman-seniman negaranya untuk belajar ke Amerika Serikat dan eropa. Dan setelah 20 tahun kemudian, Korsel memetik hasil yang manis. Data The Korea creative Content Agencys menyebutkan, tahun 2011, Korea mendapatkan keuntungan hingga 35 trilliun dari bisnis K-Pop, 14 % lebih tinggi dibanding pencapaian tahun sebelumnya. Sungguh luar biasa. Bisa dibilang, pemerintah Korsel sangat pintar membaca pasar, fokus pada pengembangan seni, lalu perlahan tapi pasti merambah ke pengenalan wisata, bisnis fashion, gadget, kuliner dan semua tetek bengeknya.

Sebut saja Drama Korea, penikmat drakor pasti sadar sepenuhnya kalau ini sarana promosi nomor wahid bagi korea. Investasi propaganda budaya pop Korea disisipi dalam drama dengan begitu manis. Beberapa hal menurut persfektif saya seperti ini: 
  1. Skenario Cerita 
  2. Daya pikat drakor yang paling utama ada di alur cerita dan para pemerannya. Nilai plusnya, skenario disana tidak dibuat berdasarkan rating. Penulis skenario bertanggung jawab pada  isi cerita, bukan pada rating. Sekalipun cerita juga menentukan rating, tapi tugas artis dan tim kreatif lebih banyak untuk bagian itu. Berbeda dengan sinetron-sinetron kita, skenario berkembang berdasarkan rating. Begitu cerita mendapat hati di masyarakat, rating tinggi, maka mendadak pula cerita mulai berbelit-belit, khas sinetron. Penikmat berspesies seperti saya dengan segera memindahkan channel. Sebelum jadwal syuting dimulai jumlah episode sudah ditentukan, konflik dan ending akan seperti apa. Mereka tahu porsi yang tepat tanpa membuat penonton "enek". Penikmat jenis saya akan duduk manis kalau begini. :P
  3. Artis 
  4. Selain skenario, artis atau pemeran adalah faktor penarik yang juga sangat menentukan. Menurut saya, mereka profesional. Kebanyakan tumbuh dan berkembang menjadi artis melalui serangkaian traine, mereka matang tidak abal-abal. Beberapa artis (apalagi boyband) perlu bertahun-tahun traine untuk bisa debut. Itupun ukan jaminan.Uniknya, bahkan yang berbakat artis pun tahu diri dan sadar bahwa perlu belajar untuk lebih baik lagi. Jadi tidak heran, kalau kebanyakan mereka mengambil jurusan seni, sekolah atau universitas berbau seni. 
  5. Lokasi Syuting 
  6. Promosi budaya dan pariwisata biasanya muncul disini. Drakor biasanya mengambil lokasi syuting yang benar-benar membuat penasaran untuk dikunjungi. Contoh kecil, Nami Island.
    Warna musim gugur di Nami Island, mupeng cuy.
    Sebelum pulau kecil itu jadi setting drama "Winter Sonata", pengunjungnya sangat sepi, sekitar 200.000 per tahun, itupun hanya wisatawan domestik. Tetapi begitu muncul di drama, pengunjung meningkat pesat hingga mencapai 1,6 juta turis per tahun. Fantastis. Belum termasuk turis yang sengaja mendatangi tempat-tempat lain di Korsel hanya karena penasaran setelah melihatnya di drama, sebut saja pulau jeju, Shilla Millenium Park, Namsan Park, Banpo Bridge di sungai han, dll. Bayangkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh.
  7. Gadget/ teknologi dan media online
  8. Samsung. Yap, siapa sih yang tidak tahu smartphone vendor asal Korsel yang sekarang makin mendunia (lupakan dulu perseteruannya dengan apple). Dan lagi-lagi, bisnis seni seperti drama paling mumpuni sebagai ladang promosi gadget satu ini. Ah, mupeng dah sama Galaxy series, apalagi galaxy note. #ngarep bener ada yang ngasih. :P Ada lagi, setiap kali memproduksi drama, pasti akan lahir website baru khusus membahas drama, pengenalan tokoh, menampung pendapat dsb (Ini di luar website utama yang merangkum sinopsis drama yang sudah, sedang dan akan tayang - maksudnya diluar koreandrama.org). Mereka maksimalkan teknologi dan media online untuk promosi. Sangat terbuka.
  9. OST 
  10. Dan tidak ada drama tanpa OST. Kali ini, lagi-lagi drama dijadikan sarana promosi bagi sejumlah penyanyi-penyanyi berbakat Korea. Setali tiga uang, selebritis yang jago akting makin bersinar begitu juga penyanyinya. Kalau di Indonesia, ost biasanya dicomot dari lagu-lagu yang sedang in, atau memang sudah ada. Sedang di Seoul sana, drama tanpa ost tidak akan komplit. Tugas tim produksi bukan hanya mengkomunikasikan skenario menjadi benda yang bergerak, tapi juga memaksimalkan bagian-bagian pendukung yang posisinya wajib seperti ost. Ini bisa menjadi ciri khas dari masing-masing drama. Kalaupun mengambil ost dari lagu yang sudah ada, biasanya selalu di aransemen ulang.
  11. Riset dan Ilmiah
  12. Maksud saya, drama biasanya mengambil tema-tema tertentu seperti perusahaan, devisi pemasaran, dunia medis, kriminal dll. Dan yang menarik, tema-tema seperti itu selalu digarap dengan menyertakan bagaimana devisi pemasaran, dunia medis bahkan kriminal yang sebenarnya. Saya pribadi sering mendapatkan fakta-fakta, informasi pun pengetahuan baru saat menonton drama. Paling terasa saat nonton drama kerajaan (istilahnya sageuk), sebut saja seperti Queen  Seon Doek (drama favorit neh). Tanpa sengaja saya mendapat banyak pengetahuan dari drama tersebut. Jadi tahu ajaran-ajaran Kong Fu Chu, Kitab musim semi dan musim gugur, doktrin ajaran tengah dan bahkan tahu tiga kerajaan besar jaman joseon seperti Shilla, Goguryeo dan Baekje. Unbelievable! Padahal jaman sekolahan dulu saya spesies yang selalu kabur ke kursi belakang saat pelajaran sejarah. Paling melek saat bahasannya mitologi yunani dan romawi. 
    Sangat hebat, drama bisa jadi alat ajar yang mengasikkan. Seandainya di indonesia juga seperti itu, pasti masyarakat juga melek sejarah. Jujur saja, saya nol perihal sejarah kerajaan-kerajaan nusantara.  Okelah, ada beberapa drama kolosal yang sempat airing di beberapa stasiun tipi, tapi saya pribadi tidak tertarik dengan kemasannya. Bukankah dunia hiburan seperti itu? Kemasan memang bukan hal utama, tapi tetap saja, yang menentukan sesuatu itu menjual, kan kemasan. 
Hm, mungkin karena beberapa alasan itulah Korean wave begitu mudah diterima dunia.
Ada nilai budaya yang selalu diselip dalam skenario-skenario drama, pengenalan kultur, fashion, kuliner sampai bahasanya. Bersinar di bisnis hiburan, sekarang Korea sedang getol-getolnya mengembangkan wisata medis, terutama operasi plastik. Ckckkck.. 

Meng-compare bisnis hiburan kita dengan Korea bukan berarti saya sedang nge-bully Indonesia. Saya beranggapan kita mesti tahu dan jujur mengakui di level mana kita. Dengan begitu akan ada kesempatan untuk berbenah, tidak ada salahnya mencontoh, mereformasi yang jelek menjadi lebih baik. Bahkan seorang calon pemimpin pun sebelum menjadi pemimpin yang sebenarnya harus belajar mengikuti (saya lupa dengar ini dari siapa). Saya mimpi tentang indonesia suatu hari yang matang secara ekonomi, kultur dan benar-benar mandiri. Tidak perlu berlindung di bawah negara adikuasa, bisa menentukan harga minyak sendiri, berdiri di atas kaki sendiri (#ngelantur kemana-mana)Ambil yang positif lalu ramu dengan inovasi pun penambahan alternatif/ aspek lain yang lebih praktis dan menjanjikan. Bukankah esensi belajar seperti itu?

Toh, dibalik semua itu, tidak pernah ada kesempurnaan yang hakiki. Pencapaian sehebat apapun tetap saja harus dibayar mahal. Sudah rahasia umum tingkat depresi dan bunuh diri (terutama para artis) masih tinggi di korea. Lagi-lagi pencapaian secara fisik tidak selalu berbanding lurus dengan kepuasan bathin, terutama bagi mereka yang tidak berTuhan. Yah, logikanya negara atheis angka bunuh dirinya tinggi. Sangat disayangkan Korea termasuk di dalamnya.

Saturday 14 April 2012

Blogspot VS Multiply

Pernah "kesambet" di siang bolong, sampai semangat 45 buat banyak blog? Hahahah.. saya pernah. Sebelum akhirnya khusuk di blog yang ini, saya sempat melanglang buana ke berbagai domain. Sebut saja wordpress, blogdetik, kompasiana, multiply, dll. Untuk blogspot saya bahkan pernah punya 4 blog dengan masing-masing topik yang berbeda. Yang sok akademisi, sok sastra, super galau bin mumet, hobby, my interest, ah komplit dah. Dan ternyata untuk bisa khusuk di satu bahasan blog itu susah. Lebih enak campur sari, apalagi kalau yang di-mixing jus jeruk + strawberry + piyu (kebiasaan aneh jangan ditiru), lebih bebas.

Back to focus. Ternyata setelah "keranjingan" membuat blog di berbagai domain, saya merasa nyaman di Blogspot dan Multiply. Pilih Blogspot coz paling simple setting plus ganti kulitnya. Lalu kenapa Multiply? (pengguna MP pastinya tahu). Yah, sebelum facebook booming, Multiply sudah duluan berfungsi sebagai blog dan sarana berkicau, hampir mirip dengan update status di facebook. Bertukar kabar via guestbook, bisa share link atau video pula. Seperti ini :

Multiply saya, unyu bener. :)

Ngintip langsung wujud aslinya by pressing ikon berikut. (Sayangnya sudah lama mati suri)

Serambi Cerita


Recent updates-nya juga lebih komplit. Seperti timeline, semua update dari kawan muncul disini, entah itu notes, blog, link, video, notif balasan komen. Penggunanya juga diberi kemudahan menyusuri jejak tamu yang mampir di akun MP-nya. Seperti friendster, MP ada viewing history-nya.


Lah, ngakunya nyaman, tapi kenapa MP-nya malah mati suri?
Nah, itu dia. Saking nyaman dan memanjakan penggunanya, multiply pun jadi sarang iklan bagi toko-toko online. Recent update jdai full notif, bukan hanya dari kawan tapi juga sejumlah iklan yang menggunakan layanan ini. Saya dak ngerti cara mem-blok pengguna jenis ini (atau memang tidak bisa di-blok?). Duh, nasib orang gaptek. :) Belum lagi, mengganti templatenya tidak se-simple dan se-nyaman blogspot (sepertinya ini juga karena saya-nya yang gaptek). Mau bertempur, tapi tidak punya senjata, bisanya cuma kabur. Dan lagi, kawan-kawan saya sepertinya lebih banyak menggunakan blogspot dibanding multiply (cari alasan pembenar). Hm, sepertinya kemalasan saya-lah yang mengalahkan keingintahuan.

Well, untuk sobat blogger yang punya akun multiply, share saya dungz.
Biar multiply saya yang sedang mati suri bisa hidup kembali.
(Bocor dah modus sebenarnya) :)
Siapa tahu ada yang tertarik buat akun di Multiply, silahkan klik disini

Friday 6 April 2012

(Bukan) Pergi...

2 April 2007 ~ 2 April 2012



"Pergi" tidak melulu datang dalam kisah "jauh"..
Terkadang.... "pergi" adalah "datang"

.......
ketika tahun-tahun berlalu tidak benar-benar pergi


Rest in peace.. sobat..