Korean Wave, Indonesia Under Attack

Siapa yang tidak kenal SUPER JUNIOR? Kalo beberapa waktu kemarin pertanyaan itu dikemukakan, sepertinya masih banyak yang ngacung. Tapi kalo hari ini pertanyaan serupa dilontarkan, sepertinya hampir semua tahu itu. Konser Super Show 4 selama 3 hari berturut-turut di Indonesia sudah cukup mem-booming-kan nama "SUPER JUNIOR" boyband Korea besutan SMnet. ELF (sebutan untuk fans suju) klepek-klepek, malah tak kurang yang jadi ELF dadakan.

Tak heran, euforia super dahsyat mencuat dimana-mana, SS4INA menjadi trending topic berhari-hari di Twitter, Facebook, liputan-liputan infotainment, koran, bahkan stasiun tipi yang biasanya notabene full berita pun menyiarkan hal yang serupa. Mendadak bahasan ini juga ramai menjadi perbincangan hangat para budayawan Indonesia. Wih, betapa hebatnya passion K-Pop yang sedang melanda Indonesia. Jujur saja, saya juga salah satu penikmatnya. Hei, kita tidak sedang membicarakan boyband!

Sejak SMP, saya selalu tertarik dengan hal-hal yang berbau budaya tapi bukan fanatik. Selain indonesia yang multi-etnis, budaya Jepang dan korea adalah dua ketertarikan terbesar saya, mulai dari pakaian adatnya (kimono dan hanbok), upacara minum teh, kebiasaan membungkuk mereka. Rasanya sesuatu.. :P #eaa.. Semakin kesini ternyata ketertarikan saya tidak pernah berhenti, dan tentu saja berharap suatu saat bisa menjejalkan kaki di sana terutama di Kyoto (Jepang) dan Nami Island (Chuncheon, Korea Selatan), yang pernah nonton "Winter Sonata" pasti tahu. Ah, lupakan basa-basi ini.

Hallyu Wave, sumber.

Back to focus, sebenarnya kenapa budaya Korean begitu booming belakangan ini?

Dari sebuah artikel disebutkan kalau semua itu tidak terlepas dari perencanaan matang pemerintah Korsel menjadikan K-pop sebagai ladang bisnis demi membangun perekonomian lewat jalur seni. Dimulai sekitar tahun 80-an saat pemerintah Korsel merancang Korea masa depan dengan memberikan beasiswa besar-besaran kepada artis dan seniman-seniman negaranya untuk belajar ke Amerika Serikat dan eropa. Dan setelah 20 tahun kemudian, Korsel memetik hasil yang manis. Data The Korea creative Content Agencys menyebutkan, tahun 2011, Korea mendapatkan keuntungan hingga 35 trilliun dari bisnis K-Pop, 14 % lebih tinggi dibanding pencapaian tahun sebelumnya. Sungguh luar biasa. Bisa dibilang, pemerintah Korsel sangat pintar membaca pasar, fokus pada pengembangan seni, lalu perlahan tapi pasti merambah ke pengenalan wisata, bisnis fashion, gadget, kuliner dan semua tetek bengeknya.

Sebut saja Drama Korea, penikmat drakor pasti sadar sepenuhnya kalau ini sarana promosi nomor wahid bagi korea. Investasi propaganda budaya pop Korea disisipi dalam drama dengan begitu manis. Beberapa hal menurut persfektif saya seperti ini: 
  1. Skenario Cerita 
  2. Daya pikat drakor yang paling utama ada di alur cerita dan para pemerannya. Nilai plusnya, skenario disana tidak dibuat berdasarkan rating. Penulis skenario bertanggung jawab pada  isi cerita, bukan pada rating. Sekalipun cerita juga menentukan rating, tapi tugas artis dan tim kreatif lebih banyak untuk bagian itu. Berbeda dengan sinetron-sinetron kita, skenario berkembang berdasarkan rating. Begitu cerita mendapat hati di masyarakat, rating tinggi, maka mendadak pula cerita mulai berbelit-belit, khas sinetron. Penikmat berspesies seperti saya dengan segera memindahkan channel. Sebelum jadwal syuting dimulai jumlah episode sudah ditentukan, konflik dan ending akan seperti apa. Mereka tahu porsi yang tepat tanpa membuat penonton "enek". Penikmat jenis saya akan duduk manis kalau begini. :P
  3. Artis 
  4. Selain skenario, artis atau pemeran adalah faktor penarik yang juga sangat menentukan. Menurut saya, mereka profesional. Kebanyakan tumbuh dan berkembang menjadi artis melalui serangkaian traine, mereka matang tidak abal-abal. Beberapa artis (apalagi boyband) perlu bertahun-tahun traine untuk bisa debut. Itupun ukan jaminan.Uniknya, bahkan yang berbakat artis pun tahu diri dan sadar bahwa perlu belajar untuk lebih baik lagi. Jadi tidak heran, kalau kebanyakan mereka mengambil jurusan seni, sekolah atau universitas berbau seni. 
  5. Lokasi Syuting 
  6. Promosi budaya dan pariwisata biasanya muncul disini. Drakor biasanya mengambil lokasi syuting yang benar-benar membuat penasaran untuk dikunjungi. Contoh kecil, Nami Island.
    Warna musim gugur di Nami Island, mupeng cuy.
    Sebelum pulau kecil itu jadi setting drama "Winter Sonata", pengunjungnya sangat sepi, sekitar 200.000 per tahun, itupun hanya wisatawan domestik. Tetapi begitu muncul di drama, pengunjung meningkat pesat hingga mencapai 1,6 juta turis per tahun. Fantastis. Belum termasuk turis yang sengaja mendatangi tempat-tempat lain di Korsel hanya karena penasaran setelah melihatnya di drama, sebut saja pulau jeju, Shilla Millenium Park, Namsan Park, Banpo Bridge di sungai han, dll. Bayangkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh.
  7. Gadget/ teknologi dan media online
  8. Samsung. Yap, siapa sih yang tidak tahu smartphone vendor asal Korsel yang sekarang makin mendunia (lupakan dulu perseteruannya dengan apple). Dan lagi-lagi, bisnis seni seperti drama paling mumpuni sebagai ladang promosi gadget satu ini. Ah, mupeng dah sama Galaxy series, apalagi galaxy note. #ngarep bener ada yang ngasih. :P Ada lagi, setiap kali memproduksi drama, pasti akan lahir website baru khusus membahas drama, pengenalan tokoh, menampung pendapat dsb (Ini di luar website utama yang merangkum sinopsis drama yang sudah, sedang dan akan tayang - maksudnya diluar koreandrama.org). Mereka maksimalkan teknologi dan media online untuk promosi. Sangat terbuka.
  9. OST 
  10. Dan tidak ada drama tanpa OST. Kali ini, lagi-lagi drama dijadikan sarana promosi bagi sejumlah penyanyi-penyanyi berbakat Korea. Setali tiga uang, selebritis yang jago akting makin bersinar begitu juga penyanyinya. Kalau di Indonesia, ost biasanya dicomot dari lagu-lagu yang sedang in, atau memang sudah ada. Sedang di Seoul sana, drama tanpa ost tidak akan komplit. Tugas tim produksi bukan hanya mengkomunikasikan skenario menjadi benda yang bergerak, tapi juga memaksimalkan bagian-bagian pendukung yang posisinya wajib seperti ost. Ini bisa menjadi ciri khas dari masing-masing drama. Kalaupun mengambil ost dari lagu yang sudah ada, biasanya selalu di aransemen ulang.
  11. Riset dan Ilmiah
  12. Maksud saya, drama biasanya mengambil tema-tema tertentu seperti perusahaan, devisi pemasaran, dunia medis, kriminal dll. Dan yang menarik, tema-tema seperti itu selalu digarap dengan menyertakan bagaimana devisi pemasaran, dunia medis bahkan kriminal yang sebenarnya. Saya pribadi sering mendapatkan fakta-fakta, informasi pun pengetahuan baru saat menonton drama. Paling terasa saat nonton drama kerajaan (istilahnya sageuk), sebut saja seperti Queen  Seon Doek (drama favorit neh). Tanpa sengaja saya mendapat banyak pengetahuan dari drama tersebut. Jadi tahu ajaran-ajaran Kong Fu Chu, Kitab musim semi dan musim gugur, doktrin ajaran tengah dan bahkan tahu tiga kerajaan besar jaman joseon seperti Shilla, Goguryeo dan Baekje. Unbelievable! Padahal jaman sekolahan dulu saya spesies yang selalu kabur ke kursi belakang saat pelajaran sejarah. Paling melek saat bahasannya mitologi yunani dan romawi. 
    Sangat hebat, drama bisa jadi alat ajar yang mengasikkan. Seandainya di indonesia juga seperti itu, pasti masyarakat juga melek sejarah. Jujur saja, saya nol perihal sejarah kerajaan-kerajaan nusantara.  Okelah, ada beberapa drama kolosal yang sempat airing di beberapa stasiun tipi, tapi saya pribadi tidak tertarik dengan kemasannya. Bukankah dunia hiburan seperti itu? Kemasan memang bukan hal utama, tapi tetap saja, yang menentukan sesuatu itu menjual, kan kemasan. 
Hm, mungkin karena beberapa alasan itulah Korean wave begitu mudah diterima dunia.
Ada nilai budaya yang selalu diselip dalam skenario-skenario drama, pengenalan kultur, fashion, kuliner sampai bahasanya. Bersinar di bisnis hiburan, sekarang Korea sedang getol-getolnya mengembangkan wisata medis, terutama operasi plastik. Ckckkck.. 

Meng-compare bisnis hiburan kita dengan Korea bukan berarti saya sedang nge-bully Indonesia. Saya beranggapan kita mesti tahu dan jujur mengakui di level mana kita. Dengan begitu akan ada kesempatan untuk berbenah, tidak ada salahnya mencontoh, mereformasi yang jelek menjadi lebih baik. Bahkan seorang calon pemimpin pun sebelum menjadi pemimpin yang sebenarnya harus belajar mengikuti (saya lupa dengar ini dari siapa). Saya mimpi tentang indonesia suatu hari yang matang secara ekonomi, kultur dan benar-benar mandiri. Tidak perlu berlindung di bawah negara adikuasa, bisa menentukan harga minyak sendiri, berdiri di atas kaki sendiri (#ngelantur kemana-mana)Ambil yang positif lalu ramu dengan inovasi pun penambahan alternatif/ aspek lain yang lebih praktis dan menjanjikan. Bukankah esensi belajar seperti itu?

Toh, dibalik semua itu, tidak pernah ada kesempurnaan yang hakiki. Pencapaian sehebat apapun tetap saja harus dibayar mahal. Sudah rahasia umum tingkat depresi dan bunuh diri (terutama para artis) masih tinggi di korea. Lagi-lagi pencapaian secara fisik tidak selalu berbanding lurus dengan kepuasan bathin, terutama bagi mereka yang tidak berTuhan. Yah, logikanya negara atheis angka bunuh dirinya tinggi. Sangat disayangkan Korea termasuk di dalamnya.

52 komentar:

  1. Ulasannya mantap dan lengkap..memang bener, drama/serial korea lbh natural [gak di paksakan] jalan ceritanya. Gak kayak sinetron kita, rating minded...

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mbak. :)

      mindset ttg sinetron indo yg berbelit-belit sepertinya sudh nempel rapi kyak prangko, jdinya tdk pernah mmbuka ruang untuk sinetron. dah ampun duluan sma jumlah episodenya yg tdak kelar2.

      Delete
  2. saya lebih suka dramanya dari pada boy band nya, tapi ahir2 ini hal hal yg berbau korea bsa menjual atau setidaknya bsa menjadi idola jika di jual ke pasar indonesia, istilahnya menguntungkan... lalu dimana asli produk kita yg bsa di andalkan di neginya sendiri? hehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. klo sya spesiesnya penikmat yg tdk pilih2. apapun itu, kalau menghibur, sok atuh nikmati saja.

      bener skli, pokoknya yg kekoreaan langsung ja diembat apalagi sma makhluk ababil #bukan nge-bully. mirisnya disitu. boleh sj jdi penikmat tp jgn sampai keblinger.

      Delete
  3. terus kalo nonton film korea juga, touchy nya selalu berhasil. Tapi emang sih kebanyakan drama Asia itu dapet di touchy nya yang selalu sukses bikin hati cenat cenut. :D

    Kalo dari Korea, yang paling saya suka film-film dramanya aja, kaya Old Boy sama A Moment to Remember. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. pokoknya nyes gitu yah, ngena banget. mereka hebat membawakn peran. bikin drakor kesannya seperti bikin film. tak jarang si artis mpe riset dulu.

      old boy blum nonton sya, tp klo a moment to remember mmg menyentuh skli, sedih sama romantisnya imbang. em, coba deh cari filmnya yoo seung ho yg the way home sma hearty paws, film keluarga tp sukses bikin nyesak.

      Delete
    2. Oke deh, masukan list dulu. :D

      Delete
    3. slamat hunting dah sobat.

      Delete
  4. Dan indonesia yg kebarat baratan cocok banget jadi pasar nomor satunya korea di dunia...

    ReplyDelete
    Replies
    1. tenungnya kuat tuw, bro. dan indo lemah soal pertahanan
      sekali launching smua langsung tersihir.

      Delete
  5. wahh... sebegitu detailnya penguraian mean ttg Korean Fever ..!!
    terus terang, saya bukanlah termasuk penggila drama maupun boyband nya Korea.. tapi saya juga tidak menyangkali, bahwa kualitas produk dalam negeri kita kalah jauh sama mereka..
    n well, saya setuju n sepakat banget dengan kata-kata penutupnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. karenanya qt perlu banyak berbenah. betul begitu kan, sodara?
      sy mmpi ttg indo suatu hari yg matang scara ekonomi, kultur dan benar2 mandiri. tdk perlu berlindung di bawah negara adikuasa, bisa menntukan harga minyak sendiri. berdiri di atas kaki sendiri.

      Delete
  6. Ulasan yang hebat! tapi tetap saja yang gak ngerti dengan K-POP, apalagi tuh sama Boy Band Indonesia. Tapi saya masih suka tradisi KOrea. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahhah.. sok2 wae k budi. yg mana yg menyenangkan ajah dah. masalah budaya, klo sya, asia sellu menang. tradisinya indonesia sma menariknya dgn tradisi korea dan jepang.

      ah, ngemengin budaya mmg sllu menyenangkan. apapun itu.

      Delete
  7. semoga someday bisa nyampe di Kyoto dan Nami Island ya , mbk' acii...

    ulasannya ringan, mudah dicerna, dan sangat2 berisi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. aminnn... aminnn... mupeng bener sma 2 tempat itu. nami dengan musim gugurnya, kyoto dgn warisan budayanya yg super wah.

      Delete
  8. iya sih ... tapi sekarang saya mulai berpaling dari semua yang berbau Korea LOL

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya apa dulu nih, iska?

      yg pasti kita boleh kena imbas tp jangan sampai mengerus budaya dan ciri khas negeri qt sendiri.

      Delete
  9. lebih suka culture indonesia dibanding korea,soalnya korea kelihatan cantik & rupawan itu karena bedah plastik,tp indonesia walaupun tanpa bedah plastik dari segi budaya,pantai,gunung,arsitektur,masyrakat'a sampai nilai sosialnya & selalu lebih indah dibanding negara mana pun didunia

    ReplyDelete
    Replies
    1. klo secara fisik, sya jga spakat mas. yg asli feelnya beda sma yg oplas, sklipun tak jarang qt jga bilng "wow" klo liat.

      klo segi budaya/ tradisi, sy sllu tertarik dgn sesuatu yg berbeda, berkarakter. indonesia tntu sja sngt menarik, qt punya bnyak etnis dgn tradisi yg beragam. sma dgn korea dan jepang, sy excited skli sma tradisi2nya, upacara minum teh, festival musim semi, yg cak itu dah. mnarik skli mmpelajari dan tahu budaya org lain.

      Delete
  10. Gua lebih suka drama Jepang dan Taiwan daripada Korea...terlalu dramatis dan cenderung terlalu panjang ceritanya >_<

    ReplyDelete
    Replies
    1. slama menghibur, saya pasti embat smua. hahhah..
      kebetulan sja, main ideanya ttg hallyu wave.

      mendadak ingat meteor garden, satu2nya drma taiwan yg dak bisa dilupa mpe skg. oh.. tao ming see.. hahahh

      Delete
  11. Akur, mbak! Ane juga naksir ama budaya mereka. Bukan pada drama atau musik mereka. Tp salut buat kecerdasan mereka! Totemo sugoi!

    ReplyDelete
    Replies
    1. klo sya mah, slain naksir ma budayanya, sepertinya sya kena imbas musik sma dramanya dah. hahhahha.. apa yah? beberapa genre musik mereka asyik ajah di telinga.

      Delete
  12. Lewat film2nya, mreka jg menyebarluaskan bahaasa mereka, jadinya bnyk yg tertarik dgn bhs korea.

    Hmm, pdhl sy lebih pengen nyari film jepang, buat latihan kosakata, tp banyakan korea yg dipasaran.

    Apa film2 jepang susah dibajak krn bagusnya perlindungan hak cipta mereka ? atau jepang yg tdk gencar dlm bidang perfilman, entahlah...What do u think accilong ? ^^

    Oh iya, sy ijin follow ya, klo berkenan follow balik lah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener nis, ada misi di dalamnya, menduniakan korea. dunia jdi tahu bahasa dan budayanya hanya sebagian dari sejumlah hal positif yg diraup pemerintah korsel dr propaganda2nya.

      entahlah, klo soal copyright. tp klo liat secara umum, spertnya skrg mmg demam korea lbih gimna gitu dibanding jepang. soal fashion misalnya, korea lebih bisa diterima di banding jepang. harajuku style sepertnya masih rada susah klo mo hidup di indo, budaya qt agak berseberangan. entahlah, ngaruh kesitu apa tdk.

      Delete
  13. orang korea cakep2 qaqa....

    hahaaa...
    tapi sependapat, satu hal yg hebat dr demam korea ini karena didalamnya seperti ada misi *promo wisata*, hampir semua lokasinya keren, indah dan seperti surga yang sepertinya harus dikunjungi. mempesonah!!!!

    saya nd demam korea ci'
    cuman kl nonton korea suka menye2, sedih dudui :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. good looking gitu eee. fresh, hahahha..
      #lah, secara oplasnya tingkat dewa buww....

      mantab tawwa skenarionya, makanya drakor mengalihkan duniaq. hihihh

      Delete
  14. Hai Kak Acci, gimana kabarnya nih, lama tak main2 kesini hehe

    Lengkap banget Kak ulasannya.. kalau di Indonesia terlalu banyak sinetron yang mengada2 Kak, trus kalau film tentang sejarah kerjaan banyak yang sedikit menyimpang, dulu film pavorit saya adalah Misteri Gunung Merapi, tapi saat ini sudah males lihat film tentanng sejarah kerajaan Indonesia, gak nyambung sama yang ada di buku pelajaran SD dan SMP heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah bae, boz. dimaklumi itu bro, maklum sya juga jarang update lgi.


      misteri gunung merapi? yg mana tuh?
      #ketahuan apatisnya sma sinetron indo.
      hahhah.. klo yg sejarah2, jaman bocah sya cuma ngeh wiro sableng, kapak geni 212. eh, itu bukan ttg sejarah kan yah? fantasi sja keknya.
      duh, au ah, gelap.

      Delete
  15. saya dong penggemar film korea juga hehehe *tos dulu

    ReplyDelete
  16. lokasi syutingnya romantis noh..ehe -__-

    ReplyDelete
    Replies
    1. bikin freshing yah. segar di mata, penasaran di kaki.
      pengen kesana booo

      Delete
  17. Nice posting, Ci :)
    Kalau dramanya, sejak awal aku udah sadar, Ci. Mereka ini cinta banget sama negerinya, setting nggak pernah jauh-jauh dari Korea, dan budayanya tetap kental. Sebelas-dua belas lah sama film-film India. Bedanya film India sering syuting di luar negeri. Tapi urusan budaya tetap dipertahankan.
    Itu juga makanya aku nggak mau beli tiket konser SuJu kemaren, walaupun Dong Hae udah memohon-mohon #eh
    Soalnya aku tau uangku lari ke Korea. Nggak rela aja. Jadi, maaf ya Dong Hae, semoga kelak kita berjodoh di kehidupan lain #makin ngaco :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. wohaaaaaa... si bubil juga demen Donghae toh?? cckkckckck, tos dulu ah. hahhahahahh..

      itu dia mbak, nasionalisnya keliatan yah. miris sma sinetron2 qt yg kalah bibit bebet bobotnya. tp setidaknya film2 indo mulai booming di luar indo, bberpa juga dah menang di festival film asia. mugi2 itu bisa jd angin segar buat industri persinetronan qt plus mengubah kiblat berpikir qt ttg sinetron yg itu2 sja.

      Delete
  18. saya juga penggemar drama korea#tos jauh

    ReplyDelete
  19. Waduh jadi miris kalo bandingin kondisi persinetronan kita dengan drama-drama korea ya, jujur aja aku udah ndak minat sama sinetron2 indonesia, selain cerita yang terkesan "lebay" artisnya pun banyak yang karbitan, modal tampang tapi akting cuman pas-pasan, pemerintah pun sepertinya ndak berkontribusi apa-apa untuk kemajuan dunia persinetronan kita. Tapi bagaimanapun juga itulah Indonesia, negeriku tercinta :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. miris yah, mas.
      karenanya sya berfikir, qt mesti belajar dari pemerintah korsel. fokus ke bisnis hiburan untuk mendongkrak aspek lain. salut dah. mesti belajar banyak qt, demi indonesia gemilang.
      #dah mirip slogan kampanye keknya.

      Delete
  20. Wow .. bisnis seni Korea berhasil ya :D

    ReplyDelete
  21. Eh, emang Korea atheis? Mereka bukannya beragama Shino ya?

    Yang saya salut itu OST-nya matching banget sama ceritanya. Jadi, liriknya itu memang menggambarkan perasaan si tokoh utama. Jadi, pas dengerin OST-nya langsung ngebayangin si tokoh utama nyanyiin lagu itu. Kaya yang Sassy Girl Chun Hyang kan lagunya cocok banget ama perasaan Chun Hyang dan Mong Ryong.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Shino? maksudnya shinto mungkin, mill. tp itu agama suku asli jepang. klo korea selatan mmg terkenal atheis mereka, kurang lebih setengah penduduknya atheis, yg dominn cuma kristen sma budha, itu pun tidak sampai setengahnya. tpi haknya mereka dah mo pilih agama apa.


      yup, sepakat mill. OSTnya mmg khusus dibuat untk dramanya, jdinya matching bener. klo sassy girl chunyang, sya paling demen sma yg "haengbok hagiel barae", gile tuw lagu mpe skg masih setia di playlist lepi ma ponsel. ckckkckckk

      Delete
    2. Shinto emang di Jepang. Tapi, dulu pas sekolah dibilang agama Korea Shino. Tar deh gugling dulu soal itu.

      Saya mah sukanya Bye Bye My Friend. Ngeneees lagunya.

      Delete
    3. This comment has been removed by the author.

      Delete
  22. Oh, iya. Menjawab pertanyaan kemarin. Blog saya gak bisa pake scroll karena saya utak-atik, saya tambahin code, jadinya nggak bisa dipake scroll-nya. Tapi, setahu saya itu cuma ngadat kalo buka pake Google Chrome. Kalo saya pake Mozilla Firefox masih bisa dipake kok scrollnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. jdi begitu toh. pantas saja setiap bw, ada bbrpa blog kawan yg serasa heng scrollnya, ternyata bawaan chrome yah.

      #baru tau

      Delete
  23. Awal tahu tentang korea itu waktu jaman SMP akhir apa SMA awal ya, lupa. Liat drama korea Glass Shoes di TV 7 (dulu sebelum ganti jadi Trans7) terus sama Tomato di tv itu. Lama-lama jadi penasaran sama Korea. apalagi pas di Metro TV pernah menayangkan film korea yang sedih dan ngena banget (lupa judulnya).
    nah sekarang malah lagi keranjingan dan tergila2 variety show korea, khususnya Running Man. suka mantengin ga Kak?
    klo fashion, k-pop, k-drama, k-movie ga terlalu membuat gila. hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya malah baru tau ma, klo dulu trans7 itu tv 7. hahahhah...
      mmg sya jarang nonton tipi sih.

      sesekali doang sya liat running man. tp mmg kocak dah. kreatif2 mereka bikin variety show, menghibur bener.

      klo drakor, saya masih milih2. cek dan ricek dulu sbelum hunting. ato klo tidak, ngecek dolo, tanya ke kawan, dia yg beli, saya yg pinjam. hahhahahh...

      Delete
  24. postingan yang bagus tentang korean wave

    ReplyDelete

Kawan, silahkan tinggalkan jejak,,,

 

Friend List

Flickr Images

Blogger Perempuan