Beberapa orang hidup dengan seabrek rutinitas kompleks. Sebagai penyeimbang, selalu ada rumah kedua. Memilih aktif di sejumlah komunitas di luar habitat sehari-hari, salah satu pilihannya. Entah itu dunia maya atau dunia fana di belahan lain. Mencari kawan baru, berbagi informasi tentang hobi, freshing, mencari kebebasan, bisa jadi pelarian dan atau sejumlah alasan lain yang menjadi motivasi mencicip sisi lain di luar sana. Tidak ada salahnya.
Menyenangkan melihat mereka yang aktif dengan seabrek komunitas positif. Ah, bukan. Saya bahkan iri. Tempat saya saat ini, tidak mendukung untuk bisa aktif di sejumlah komunitas berlatar kesamaan hobi. Dan jadilah, tertawan. Komunitas baru saya -di luar pekerjaan-, sepertinya lebih banyak datang dari dunia maya, sejumlah forum yang ber-irisan dengan hobi dan interest. Dan tentu saja, taste-nya beda. Sangat berbeda malah. Lebih nyaman melihat wujud hidup daripada tuts-tuts keyboard serupa komen. Ya wajar, dalam urusan interaksi humanistik (duh, bahasa apa ini), 4D selalu lebih menyenangkan dibanding 2D.
Layaknya magnet, ada dua kutub yang senantiasa bertolak belakang, utara-selatan, positif-negatif. Satu tindakan selalu melahirkan akibat, semacam aksi-reaksi. Sangat disayangkan, bahkan komunitas positif pun berpotensi menimbulkan kerugian. Terlalu bersemangat, over aktif, hingga tiba pada titik dimana seseorang lupa dengan habitat awal, lingkup kecil, keluarga/ rumah, apapun itu yang harusnya berhak atas porsi besar tanggung jawab. Kadang disadari, kadang tidak. Stadium empatnya sepertinya berada pada level sadar tapi tidak bisa menemukan jalan pulang. Sarkastiknya terperangkap lingkaran setan. Melenakan. Yah, apa-apa yang berlebih, over dosis, pasti berdampak negatif.
Pict Source |
Mungkin solusi sederhananya kembali ke diri masing-masing. Trust. Jaga kepercayaan orang-orang di sekeliling kita.
Karena kepercayaan itu prematur. Seperti telur. Sekali ia pecah, akan sulit melindunginya lagi.
Random:
Just a note for me, menegaskan, mengingatkan...
"kepercayaan butuh pembuktian".
Ya, tapi lama2 bosan juga. Kadang kalo udah masuk ke suatu komunitas yang meskipun positif, seakan kita juga jadi terikat dengan komunitas itu. Ujung-ujungnya gak bebas ngatur jadwal sendiri, yap malah seperti terperangkap dalam lingkaran setan. #pengalaman. :D
ReplyDeleteSedang-sedang aja sih, lebih baik. :)
korban berrti yah? hehehh..
Deleteawalnya cari freshing, belakangan malah jdi bumerang yah? kebablasan bisa jadi lahir karena sejak awal org2 di dalamnya trlihat baik, timbul rasa nyaman, dan yah.. lupa.
perlu garis tebal keknya, biar jelas batasnya ada dimana
iya, apalagi komunitas yang membutuhkan komitmen kita untuk mengabdi dan ikhlas. ada masa jenuh, ada masa semangat. tergantung gimana kitanya berkomitmen. di jogja banyaaaak bgt komunitas, sampai bingung mau ikut yang mana atau semua ingin diikutin XD
Deletewih, asyikk.. ikuut..ikutt..
Deleteyg penting porsinya jelas, las,las. :)
setuju, bahwa kepercayaan itu mahal harganya.
ReplyDeletesusah dicari, tp paling gampang hilang. seperti cermin. sekali pecah, braakk.. tamat
DeleteHihi, dulu... dulu sekali saya adalah pecandu komunitas. suka aktif dimana saja, tapi tetap menjaga biar tidak terikat. ya memang sih bikin ketagihan, ada kebersamaan yang (entahlah) bersifat "saat itu saja". Terlihat punya banyak teman, tapi kalo dasarnya introvert ya introvert saja. haha :p
ReplyDeleteTentang kepercayaan, akh...
jadinya hanya sekedar kawan, bukan benar2 sahabat. sy sudah bnyak liat kawan yg kemna2 sllu sma, berbagi barang atau kesukaan. tp saat sedih, mereka tdk benar2 sling mengisi. bukan penyembuh bagi yg lain, atau sekedar peringan beban. introvert ya introvert sja. hahahh
Deleteehm, what happen dengn kepercayaan??
Saya masih aktif mbak disebuah komunitas pemuda, memang rada berbau keagamaan gitu, tapi menyenangkan sekali :)
ReplyDeleteklo komunitas keagamaan, hukumnya wajib itu. salut.
Deleteklo bukan qt yg cari siapa lgi? apalgi klo dah lepas sekolah ato dah lulus kuliah, makin tua makin sedikit sumber pembelajaran agama yg siap sedia klo bukan qt yg cari
wah tulisan yang bagus buat pengingat @@
ReplyDeletethank u
just a note. bagus klo bisa bermanfaat jg bgi yg lain. :)
DeleteSaya selalu ingat Tuhan kalau beraktivitas di komunitas. Jadi pasti memperlakukan "kepercayaan/ Trust" dari seseorang untuk kita lebih baik, tidak lupa habitat awal :))
ReplyDeleteslamat..slamaatt.. :)
Deletemmg harusnya sih, mas
bergabung dlm sebuah komunitas menurut saya adalah sebuah pilihan. kalo merasa nyaman ya dilanjutkan, tapi sebaliknya jika tak sesuai hati nurani, menjauh kayaknya lebih membuat hati tenang.
ReplyDeletebenar mbak. apa2 di dunia yg ini adalh pilihan, bahkan tdk memilih pun adalah pilihan. yg bikin nyaman, tdk bawa embel2 mudharat, itu sudah. jdi benar iklan di tipi, waspadalaah..waspadalah..
DeleteBegitu banyaknya komunitas didunia maya. Tapi begitu kita asik didalamnya, kita malah lupa dengan lingkungan sekitar. Inilah yang harus dihindari. oke, jangan lupa ke blog ku ya http://www.catatanyuki.blogspot.com
ReplyDeletebanyak yg tahu tp sesi melenakan itu ttp ada.
Deletesaling mengingatkan...
komunitas...
ReplyDeletepulang kantor langsung masuk kamar, habis itu berselancar di dunia maya, saya sih masih cari-cari mau ke komunitas mana, soalnya kerjaan nyambi interaksi di dunia maya aja udah lumayan menyita waktu..
wah, dunianya sekamar-kamar itu dungz (istilah apa pulak ini?? :P)
Deletenyambi dumay dimane buuw? bagi twitter dungz.
jadi ambil tengah-tengahnya aja y mbak? "yang sedang-sedang saja"
ReplyDelete*goyang jempol* :D
tareeeeekkkk, mang. #ikutan. :p
Deleteartinya... bagaimana kita ttp bisa sadar.. berpijak dimana saat kita beraktifitas, luar, dalam.. semua sama :)
ReplyDeletebetul..., betuul..., betuuull... :)
Deletekomunitas saya hanya di dunia maya *hiks*
ReplyDeletesama aeee... :)
Deleteapapun komunitasnya, asal positifnya dapat, batasannya jelas, amanlahh. :)
hmm kalau sudah overdosis memang selalu berefek buruk ya kak. tapi beberapa tulisan di 2013 ini sepertinya kakak menjadi penulis dengan tulisan yang ringkas tapi padat ya?
ReplyDeleteringkas tp padat? sy nulis sesukanya sja, se-insidentalnya pikiran ssat hadir. #eaa
DeleteSaya sudah lama tidak jalan2 kesini, saya absen cuma ngasih komen saja ya.... baca isinya ntar saja..hehehe
ReplyDeleteduasaaarr.. ngabsen doang euyy..
DeleteMakanya kasih saya permen, ntar sya baca..hahaha
Deletekunjungn perdana...izin nyimak. d tunggu kunjungan, follow dan komentar blikny :)
ReplyDeletesemoga betah, mas.
Deletesilahkan..silahkan..
Suka sama quote: Karena kepercayaan itu prematur. Seperti telur. Sekali ia pecah, akan sulit melindunginya lagi.
ReplyDeleteYup, kepercayaan memang memerlukan pembuktian.
Eh, Aci tinggalnya di Enrekang mana kah?
catatan plus pengingat buat sya itu.
Deletesy di anggeraja, mbak niar.
ga ikut kegiatan jelek, akhirnya mikir jelek. banyak kegiatan pun jelek, bisa lupa waktu. yang bagus ya proporsional, seperti yang ente bilang. yang jelas, itu butuh kepercayaan
ReplyDeletebetull, gda kegiatan juga potensi "jelek"nya besar. sama2 belajar yg proporsional sj lah qt. :)
Deletesalam kenal. bru tersesat keknya ni. :)
aku kagak pernah ikut komunitas, tapi terkadang suka ditawarin, tp males soalnya udah sibuk sama kegiatan kuliah + kerja, mending juga istirahat & kalau punya waktu luang, main sama orang sekitar rumah alias bersosialisasi dengan orang deket terlebih dahulu, jauh lebih menyenangkan :)
ReplyDeleteYang penting tuh g berlebihan! hehe di tunggu kunjungan baliknya.
ReplyDelete