Advice, the right steps to take

Pernah tidak, dengan sengaja mengambil sekian detik dari waktumu untuk 
"melihat ke belakang?"

Maksud saya melepaskan semua penat dan mendapati dirimu yang dulu dan sekarang dipersandingkan? Pernah? Saya? Hampir selalu. Menyenangkan bukan? Mendapati diri yang sangat berbeda, belum matang dan sederet plus minus lainnya. Atau samakah? Ah, semoga saja tidak. Rugi dong kalau tidak ada perubahan yang lebih baik. (yang suka menulis catatan harian dari jaman bocah pasti lebih kaget lagi pelototin buku dosanya. :p) 

Saya dulunya orang yang tidak mau ambil pusing urusan apapun, zona nyaman terlalu melenakan. Biasalah, bocah. Mindsetnya, urusan yang rumit, buat orang tua saja. Bahkan terkadang tutup kuping dari petuah orang-orang terdekat, keluarga. Saya ingat, pertama kali dapat jatah bulanan sebagai manusia baligh, doktrin ibu luar biasa panjangnya. Dan tentu saja, semuanya lewat begitu saja, kecuali bagian yang ini:
"Nak, kamu itu perempuan. Bahkan bagi penggembala, akan lebih mudah menggembala 1000 kerbau dibanding seorang perempuan. Sekali ia rusak, seperti telur, pecah dan tidak bisa kembali ke bentuk awal". 
Sepertinya ibu tahu, anaknya yang satu ini tidak bagus dalam sesi ingatan yang biasa-biasa saja, jadinya harus ditimpuk dengan sedikit analogi yang gamblang. Benar saja, itu berhasil dan jadilah bagian itu tidak pernah terlupakan sampai sekarang. Padahal domainnya simpel, mengurus anak perempuan dan laki-laki itu beda, perlakuannya beda. Mungkin pada awalnya saya hanya tahu tanpa mengerti tapi masuk SMA, kemudian kuliah di kota metro makassar dan hijrah ke kota kembang, petuah itu tidak almarhum, malah semakin subur dan intens. Hasilnya, saya benar-benar menarik batas jelas dalam pergaulan muda-mudi. Mungkin ada sebagian orang menganggap ini kolot tapi bagi saya, ini prinsipil. 

Pict Source

Beda ibu, beda lagi ayah. Mungkin karena beliau dari bidang eksak, sketsanya jelas, yang tidak perlu, coret. Yang rumit, mari sederhanakan. Mungkin alasan ini yang membuat saya lebih nyaman bertukar pikiran dengan beliau. Jaman ngurus OSIS, beliau penasehat yang mantab, dan makin kesini, makin asyik bicara negara dan politik dengan beliau. #skip. Saban hari ketika perbincangan mengalir seperti biasa, beliau bicara begini:
"Apa-apa yang baik itu harus total. Kalau main air jangan cuma berani basah, mandi sekalian"
Tidak seperti ibu yang makin intens dengan petuahnya saat putri-putrinya mendapati momen-momen pendewasaan satu per satu, ayah hanya mengucapkannya sekali. Tapi sangat berkesan, seperti molotov, kekuatannya laten, tidak terlihat. Sekali tersulut, blaaaaaaarrr. Game over. Benar-benar bagian yang sangat membantu saat mengambil keputusan, mau khusuk atau tidak saat melakukan sesuatu. Itu juga yang bikin saya mantap banting stir dari eksak ke sosial, meninggalkan dua semester saya di Statistik Universitas Hasanuddin ke Politik Pemerintahan IPDN, setelah dua tahun berturut-turut menguji peruntungan. 

Dan, yah. Ada satu lagi. Saya menyimpan dengan baik di kepala saya, salah satu quote dari Lintang dalam buku Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. 
"Kesulitan apapun dapat diatasi dengan mengubah sudut pandang".
Bagian ini manjur untuk orang seperti saya. Sempurna memberikan ruang yang sangat lega saat terjepit. Dan alhamdulillah, hidup dengan tiga formula itu, sepertinya sangat mencenangkan. Saya yang dulu saat disandingkan dengan saya yang sekarang, sepertinya berubah banyak, bukan fisik tapi mindset. Ketika seorang kawan berkata, kamu tidak berubah. Ya, saya tetap saya yang dahulu, dengan kebiasaan-kebiasaan  yang dia tahu betul, hanya saja kepala yang ini tidak benar-benar sama dengan yang dulu. Yah, masalah dan peristiwa yang sama kadang datang tidak hanya sekali, setidaknya di kali kedua kita bisa lebih arif menyikapinya. Itu titik balik yang jadi kerangka pendewasaan. Advice, its always the right steps to take... everything. 

Postingan ini diikutsertakan pada Give Away Perdana "Dellafirayama", 
seorang ibu labil yang tidak suka warna hijau dan hitam.
***
Pengagum Jostein Gaarder, pecinta Donghae - Super Junior plus penggemar wardah. 
Tos-an dulu mbak, sama saya. Idem soalee
Tapi kok, dak suka hitam yah? Padahal hitam itu elegan loh, mbak.
#Skip


19 komentar:

  1. Makasih banget ya Chi, udah ikutan GA-ku. Sudah dicatat, moga beruntung dalam kocokannya, ya ;)
    Btw, aku juga nggak tau kenapa nggak suka hitam, wkwkwkwk..

    ReplyDelete
    Replies
    1. oke dah mbak.
      smoga yg ikut sedikit, biar kans menangin HPO lebih gede. ekekkekekekkk..

      Delete
  2. nasehatnya sama dengan yang dibilang mamaku...apa memang ini nasehat turun temurun? hihih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. mamamu ada keturunan bugis nya yah? bisa jadi itu petuah turun temurunnya org bugis. hehhehe.. rada logis klo irisannya disitu. :)

      Delete
  3. kadang2 pernah juga sih.. tp jgn terlena dgn yg udh berlalu... mendingan kita menatap ke masa depan
    ^_^

    ReplyDelete
  4. kota kembang? sumedang bukan kota kembang kayaknya kak. hehe maaf komentarnya tidak penting ya kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. lah, dah tau g penting masih ja komen. hahhahah

      yoi lah diks. sya memilih dak detail.

      Delete
  5. IPDN Jatinangor ya?

    Setuju, makin nambah umur, makin jauh dari orang tua, semakin kita sadar bahwa petuah-petuah yang dulu diberikan oleh ortu ke kita itu terbukti benar. Semakin kesini juga semakin kita mengenal banyak orang dengan beragam karakter, semakin banyak kita menemukan hal-hal baru, mindset kita terhadap suatu hal makin bertambah luas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pengalaman mendewasakan, tepatnya. merugilah mereka yg tdk bisa mnarik hikmah.

      eh, ngomong2 soal tua. sya tiba2 teringat salah satu tulisan ayu utami di "Bilangan Fu", dia bilang begini:
      "kelak, ketika tua. kita tahu, kita semakin sulit tertawa"
      sepertinya maksudnya qt makin ngerti hidup yah..

      Delete
    2. Yap, semakin tua, semakin ngerti hidup. :)
      Btw, cek Di sini ada award nih. :)

      Delete
    3. begitu ketemu pc, ane rampok dah tuw award. :-)

      Delete
  6. orangtua selalu berikan nasihat yang terbaik untuk anaknya, namun terkadang kita begitu egois untuk menggangap mereka benar :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. yah.. so childish.
      maklum si bocah butuh sekian waktu untuk jdi tua jga dan ngerti.

      Delete
  7. nge-fans sma bapak ibu ane dungz, ceritanya.
    ekekekke

    salam kenal jgaa

    ReplyDelete
  8. gag berubah bukan berarrti gag berkembang bukan :p
    sukses terus kalau bgitu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyah, fisik dan mindset, bedalah koridornya.

      Delete
  9. ternyta yu banyak celoteh juga disini ya.. haha :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkkwkwkk, aslinya kan mmg bnyak celoteh tow. harusnya dak kaget dung.

      tp sejak kapan kau mulai jd pembaca tulisan2q?
      apa sejak nda ada ayu yg pote2?? ekekekkek

      Delete

Kawan, silahkan tinggalkan jejak,,,

 

Friend List

Flickr Images

Blogger Perempuan