Beberapa hari yang lalu saya sempat bepergian ke kabupaten sebelah, kebetulan seorang kawan sesama purna melangsungkan pernikahan dan diprosesikan. Saya dan beberapa kawan sepakat berangkat bersama, tepatnya berempat. Akhirnya sekitar pukul sebelas malam, kami tiba di tujuan. Sedikit berbasa-basi plus say hi pada senior, lalu ngacir masuk kamar, kelelahan. Kawan (bukan purna) saya pun ikut. Kamar itu cukup sederhana, tapi cukuplah untuk dua orang. Memang agak mengecewakan tapi itu sudah lebih dari cukup. Mungkin karena acara disiapkan terbilang terburu-buru dan tidak ada pilihan lain karena Bupati sudah diberitahu, akomodasi tidak disiapkan lebih baik. Saya tidak mau memikirkan apapun lebih jauh saat itu. Intinya cuma satu, tidur dengan tenang.
"Ci, saya keluar sebentar. Mau ketemu kawan, katanya rumahnya sekitar sini".
Saya mah oke-oke saja, tak masalah.
"Kunci kamar kek mana? Saya kunci saja atau bagaimana?"
"Kunci saja, nanti diketok. Dak pa-pa kan ditinggal sendiri??"
"Okey, santai ja".
Sebenarnya saya benar-benar mengantuk, tapi demi menunggu kawan saya mati-matian menahan kantuk dan dingin. Pukul 12 teng.. masih sepi.. tidak ada tanda-tanda dia kembali. Hampir menyerah dan lagi hidung saya sudah tidak bisa kompromi dengan udara ekstrim toraja. 12.30.. masih.. pukul 1 dini hari.. 1.30... 2.00.... masih... Saya menyerah.
Sudah hakikatnya, setiap manusia selalu menginginkan kenyamanan-kenyamanan untuk pribadinya masing-masing. Terlepas dari benar atau salah dalam mengusahakannya. Yang pasti, manusia dibekali kemampuan berusaha, mencoba setiap peruntungan, mendobrak keterbatasan bahkan hal ekstrim sekalipun, demi perbaikan nasib. (Sekali lagi terlepas benar atau salah cara yang dipilih untuk mewujudkannya). Hanya saja, hampir terlupa bahwa setiap dari kita tidak hidup sendiri. Fana ini adalah ekosistem, tempat sejumlah komunitas atau kelompok sosial bermukim dan lebih banyak lagi keinginan-keinginan individual didalamnya. Saya tidak sedang membicarakan tentang strata pun tingkat-tingkat sosial masyarakat. Ini tentang toleransi dan hubungan sosial antar sesama, yang (lagi-lagi) hampir selalu terlupakan.
Kita -manusia- dihubungkan dengan sesama oleh aturan-aturan tertentu, tertulis atau tidak, itu harga mutlak. Dan di khatulistiwa ini, kita terikat pada budaya ke-timur-an yang lebih banyak dalam bentuk norma kesopanan dan kesusilaan, tidak tertulis. Bukankah itu yang membuat kita dikenal dengan budaya timur yang anggun. Masalahnya sekarang, benarkah kita sudah melakukannya? Setidaknya mencoba mempraktekkan dalam keseharian kita. Cukuplah dari hal-hal kecil, untuk sejenak melupakan ego pribadi dan lebih menghargai orang lain. Ini benar-benar sedang membicarai sesuatu yang umum, yang saya yakin telah dihafal luar kepala oleh siapapun, tetapi apa itu jaminan bahwa kita telah melakukannya? Tidak.
Sungguh, saya sangat tidak suka hal-hal seperti ini. Apa salahnya jujur bila memang menginginkan kenyamanan-kenyamanan lain. Kamar itu memang sederhana tapi bukan berarti harus berbohong, apa susahnya mengirim SMS dan mengatakan alasan yang masuk akal. Saya pasti maklum. Toh, itu yang saya lakukan selama ini. Egoiskah bila saya juga menginginkan hal-hal kecil ini dilakukan orang lain untuk saya. Ah, bukan orang lain tapi kawan saya. Saya mendadak ingat ucapan kawan saya tempo hari saat berdiskusi, kira-kira seperti ini:
Kalau bukan karena lidah, dengan apalagi orang dapat dipercaya??
Lalu dimana norma kesopanan dan kesusilaan yang katanya sangat anggun dalam budaya ke-timur-an kita?? Ah, selalu saja. Hal-hal kecil terlupakan begitu saja, bahkan lupa bahwa banyak hal-hal besar berakar dari sana.
NB: Sebagai pengingat untuk saya dan semua. Semoga hal "sepele" seperti ini tidak terjadi pada anda. Sungguh, rasanya menyebalkan. Ini manusiawinya manusia.
hal itu emang sering terjadi, dan terkadang tidak disadari sang pelaku. Kita selaku korban hanya bisa ngedumel sebell :(
ReplyDeleteyayayaa sering yg kecil disepelekan padahal diperlukan.
ReplyDeletecie cie... lagi tersinggung nih ceritanyaaa... :)) Coba kalo temannya itu pulang bawa martabak plus terang bulan 2 ton jam 3 dini hari, di jamin ga bakalan bercerita tentang ini dahhhhh... hahahahahha
ReplyDeletewah untung bukan saya yang diperlakukan seperti itu mbak hehe....
ReplyDeleteoya mbak,, boleh minta kode html/java script logo bloof yang warna ungu di atas itu loch mbak,, please.. :)
bukankah hal yg besar juga di awali dgn yg hal sepele,,hehe met pagi, met berkreativitas
ReplyDeletejadi sebenarnya tidak ada hal yang sepele dikehidupan kita..
ReplyDelete@annisa: iya, nis. sya pling tidak suka dibohongi. hal sekecil apapun. lebih baik berterus-terang, menyakitkan sekalipun. tp syukurnya, setelah bangun alhamdulillah dongkolnya rada berkurang. bawaan kelelahan juga mungkin yah. :D
ReplyDelete@baha andes: smoga ini bisa jadi pengingat unt sya dan smua. mugi2 sya tdk akan melakukan hal yg sma pda org lain.
@sam: hahahhahahahhahahah... iyah kli yah. secara ntu makanan kesukaanku. wkwkkwkwkwkkkk.. tp gak lah, kadang ada satu waktu saat org benar2 terperangkap emosi dan dongkol. keetulan kli itu sya mengalaminya. :D
@kg harjo: klo kg harjo yg ngalaminnya kek mana yah kira2 ekspresinya? :D iyah, ntar sya kirim ke wall-nya. :D
ReplyDelete@al kahfi: betul skali mas. klo hal kecil sja kita lupakan bagaimana dgn hal2 besar?
@akmal: tepatnya, hanya hal-hal kecil yg kita anggap sepele. padahal tidak selalu. justru hal2 sepele yg biasa berefek luar biasa. noh, kejadian ma sy. :D
setuju sama judulnya "Jangan sepelekan hal sepele" karena ngak ada orang yang jatuh tersandung gunung... hehe (nyambung ngak ya?!?!)
ReplyDeletememang rasa lelah bisa membuat emosi mudah terbakar..
ReplyDeleteeh, tapi itu emang kondisinya kudu terjaga ya? kalo ditinggal tidur gitu gimana?
Saya menyukai hal2 keci, kayak potong kuku seminggu sekali pas hari jumat. loh maksutnya? #lempar pemotong kuku..
ReplyDeletehehehehhee..
sudah saya folback.terima kasih
betul kk, ketika kita sering mengerjakan hal-hal yang besar terkadang hal-hal yang kecil sdh malas kita kerjakan..
ReplyDeletepadahal untuk menjadi orang-orang yang besar harus mengerjakan hal-hal yang kecil dulu.. :D
bener banget, dan mudah mudahan kita bukan tegolong orang yang demikian (suka menyepelekan suatu hal)
ReplyDeletesalam kenal ya achie...
gud morning
benar banget itu,love,peace and gaul.
ReplyDelete@yan murtadi: "karena ngak ada orang yang jatuh tersandung gunung...", wih, suka euy ma quote-nya. sesuatu bnget.. :D
ReplyDelete@adrian: bnget, ian. sya ditinggal pas lgi terjaga ja, g enaknya minta ampun. gimana pas sy lgi tidur?? hm,, dak kebayang dah.
@arr rian: wakakkakakakkkkk.. sy juga koq. rajin potong kuku tiap jumat. kan sunnah. :D
@muhaimin: ini untuk slng mengingtkan, min. krena sejatinya manusia tempatnya lupa. mugi2 bermanfaat. :D
ReplyDelete@meilya: wah, makasih kunjungan balik-nya mei. :D sya bantu aminkan harapannya. doa yg bagus kan hrus diaminkan. hehehheh
@saryadinilang: hehehheheh... love, peace and gaul juga dah. :D
Terimakasih sudah mengingatkan mbak acci :)
ReplyDeleteitulah manusia :)
ReplyDelete@uchank + john: hokeh da masbro. :D
ReplyDeletejustru kdg aku sering bete hanya krn masalah dianggap sepele..
ReplyDeletedari sepele bisa jadi besar,hhaha..
like this post ^_^
@enylaw: idem lah sya, en. hal2 kecil hrusnya berjaln lancar, ini malah jdi topik utama. ckckckckkkkkk.. benar2 sepele yg tak berakhir sepele.
ReplyDeleteHihihi sabar yaa mbak... kenapa dianya ga jujur aja sih hehehe,
ReplyDeleteMakasih ya mbak udah mampir di tempatku. Ayo ikutan giveaway contestnya. :)
Toraja? Saya mau kopinya... :(
ReplyDelete@una: iyah, itu dia. jujur kan bisa bikin sya lebih tenang. setidaknya dak menunggu dgn tersiksa. hohoho... bahasanya sjaaa... :)
ReplyDelete@asop: mau..mau..?? mmg kopi toraja dah terkenal skli yow. mmg enak. top markotop.