Dalam mitologi Yunani, Narcissus dikisahkan sebagai seorang dewa dengan paras yang sangat rupawan. Dia adalah putra Cephissus, dewa sungai dan seorang bidadari bernama Liriope. Ketika Narcissus masih kecil, seorang peramal (Tiresias) berkata kepada kedua orang tuanya bahwa anak mereka akan berumur panjang apabila tidak melihat dirinya sendiri. Bukan hanya wanita, peri dan bidadari yang terpesona pada parasnya, bahkan para pria dan dewa lainpun mengagumi ketampanannya. Inilah yang membuat Narcissus semakin pongah, kebanggaan yang berlebihan membuatnya semakin angkuh.
Narcissius remaja adalah pemuda tampan, sungguh banyak yang jatuh cinta kepadanya tapi tak seorang pun yang dibalas cintanya oleh Narcissus. Demikian pula Echo, seorang peri cantik jelita. Peri cantik itu jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat Narcissius berjalan-jalan di hutan. Hanya saja Echo tidak bisa berbicara selain mengulang kata terakhir yg didengarnya. Karena malu menghampiri dia hanya berani mengagumi Narcissius dari jauh ataupun hanya dari balik semak. Seakan terobsesi pada Narcissius tanpa sadar ia mengikuti kemanapun pemuda tampan itu pergi.
Hingga suatu hari Narcissus menyadari ada yg mengikutinya. Dengan pongahnya ia berteriak
“Siapa yang mengikutiku??”, karena tak bisa bicara Echo hanya mampu mengulang kata terakhir yg didengarnya..
“Mengikutiku..” jawabnya
“Keluar!! Tunjukan dirimu!” lanjut Narcissius. Sambil berlari kecil Echo mendekati Narcissius.
Tetapi ternyata kecantikan peri echo tidak mampu melunakkan hati keras Narcissius. Malah ia semakin pongah mengetahui ada seorang peri cantik nan mempesona yang memuja dirinya. Binar-binar di mata Echo tidak bisa menundukkan hatinya.
“Pergi sana!! Kau pikir ada ruang hatiku untukmu? Dasar bodoh!!” ujarnya membentak Echo tanpa pikir panjang.
“Bodoh..”, ulang Echo sambil berlalu dengan hati pilu. Matanya bersimbah airmata, pilu sepilu sembilu.
Dewi Nemmesis mendengar kesedihan Echo yang cintanya ditolak tersebut. Nemessis mengutuk Narcissus supaya jatuh cinta kepada bayangannya sendiri. Kutukan tersebut menjadi kenyataan, suatu ketika narcissius berjalan di tengah hutan dan kehausan. Ia pun mencari dan menemukan telaga kecil pelepas dahaga. Permukaan telaga begitu tenang dan semua semesta terpantul sempurna bak cermin di permukaannya. Dan ketika Narcissus melihat bayangan dirinya di sebuah kolam. Dia tak henti-hentinya mengagumi sosok yang terlihat dari pantulan air di kolam itu. Sama sekali tidak menyadari bahwa wajah itu adalah miliknya.
Seakan tak pernah puas memandangi pantulan wajah anggun di telaga. Ia berusaha menyentuh pantulan wajah di air dan ia melihat bayangannya melakukan hal yang sama. Dia menunduk ingin memeluk dan mencium pantulan wajah itu tapi lagi-lagi pantulan wajah di telaga melakukan hal yang sama. Berulang-ulang ia berusaha tapi tetap saja kejadian yang sama terulang. Kesal dan putus asa, Narcissus tidak beranjak dari telaga, tetap berlutut memandangi pantulan wajahnya sendiri. Hari-hari berlalu, Narcissus masih saja tidak beranjak dari telaga, hingga tubuhnya semakin melemah hingga kematiannya.
Semua bersedih mendengar kabar malang Narcissius, terlebih peri Echo. Ia tak henti-hentinya menangisi jasad Nacissius di sampingnya. Meratap hingga tertidur karena kelelahan. Ketika terbangun keesokan harinya, ia tak melihat jasad pemuda yang dicintainya lagi. Di sampingnya justru merekah sekuntum bunga, bunga Narsis (Amararylidaceae: Latin) yang kerap digunakan bangsa Yunani pada upacara kematian hingga saat ini. Peri Echo tak mampu menahan sembilu hatinya, ia berjalan tanpa arah ke dalam hutan dan akhirnya meninggal. Peri cantik itupun hilang dalam dukanya. Orang-orang percaya Echo tidak sepenuhnya pergi dan masih berdiam di sudut tersembunyi, Mereka yang percaya menganggap pantulan suara yang mengulangi kata terakhir dari kalimat yang terucap ketika berteriak di dalam hutan adalah jelmaan Echo.
Versi lain menyebutkan bukan Echo yang jatuh cinta kepada Narcissus melainkan seorang pria bernama Ameinias. Kesal “dikejar-kejar” Ameinias, Narcissus mengiriminya sebuah pedang sebagai hadiah. Kesal karena cintanya ditolak Ameinias bunuh diri di hadapan Narcissus dengan pedang yang dihadiahkan kepadanya. Sebelum bunuh diri, Ameinias mengutuk Narcissus bahwa Narcissus akan jatuh cinta kepada bayangannya sendiri dan dalam keputusasaannya Narcissus akan bunuh diri.
Narcissus merupakan legenda mitologi Yunani, menceritakan tentang cerminan pemuda cantik yang setiap hari berlutut di dekat sebuah telaga. Ia begitu terpesona dengan ketampanan sendiri sehingga suatu hari ia terjatuh ke dalam telaga dan tenggelam. Di titik tempat jatuhnya itu tumbuh sekuntum bunga yang dinamakan narcissus. Setelah Narcissus mati, dewi-dewi hutan mendapati telaga tadi, yang semula berupa air segar berubah menjadi telaga airmata asin.
“Mengapa engkau menangis?” Tanya dewi-dewi itu kepada telaga.
“Aku menangisi Narcissus” jawab telaga.
“Oh tak heran, jika kau menangisis Narcissus” kata mereka, “Sebab walau kami mencari dia di hutan, hanya kaulah yang dapat mengagumi keindaannya dari dekat”
“Tapi…indahkah Narcissus?” Tanya telaga
“Siapa yang mengetahui lebih daripada engkau?” dewi-dewi bertanya heran. “Di dekatmulah ia tiap hari berlutut mengagumi dirinya!”
Telaga terdiam beberapa saat. Akhirnya dia berkata:
“Aku menangisis Narcissus, tapi tak pernah kuperhatikan bahwa Narcissus itu indah. Aku menangis karena, setiap ia berlutut di tepianku, aku bisa melihat, di kedalaman matanya, pantulan keindahanku sendiri”
Kisah Narcissius dikenalkan oleh Sang Alkemis, Paulo Coelho, Alvabet,2001, Alkemis mengambil buku yang dibawa seseorang dalam karavan. Membuka-buka halamannya, dia menemukan sebuah kisah tentang Narcissus. Dalam Psikiatri Freudian dan psiko analisi, terminologi narcissism dikenal sebagai kondisi self-esteem yang berlebihan, suatu kondisi yang biasanya adalah bentuk dari ketidakmatangan emosional.
“Siapa yang mengikutiku??”, karena tak bisa bicara Echo hanya mampu mengulang kata terakhir yg didengarnya..
“Mengikutiku..” jawabnya
“Keluar!! Tunjukan dirimu!” lanjut Narcissius. Sambil berlari kecil Echo mendekati Narcissius.
Tetapi ternyata kecantikan peri echo tidak mampu melunakkan hati keras Narcissius. Malah ia semakin pongah mengetahui ada seorang peri cantik nan mempesona yang memuja dirinya. Binar-binar di mata Echo tidak bisa menundukkan hatinya.
“Pergi sana!! Kau pikir ada ruang hatiku untukmu? Dasar bodoh!!” ujarnya membentak Echo tanpa pikir panjang.
“Bodoh..”, ulang Echo sambil berlalu dengan hati pilu. Matanya bersimbah airmata, pilu sepilu sembilu.
Dewi Nemmesis mendengar kesedihan Echo yang cintanya ditolak tersebut. Nemessis mengutuk Narcissus supaya jatuh cinta kepada bayangannya sendiri. Kutukan tersebut menjadi kenyataan, suatu ketika narcissius berjalan di tengah hutan dan kehausan. Ia pun mencari dan menemukan telaga kecil pelepas dahaga. Permukaan telaga begitu tenang dan semua semesta terpantul sempurna bak cermin di permukaannya. Dan ketika Narcissus melihat bayangan dirinya di sebuah kolam. Dia tak henti-hentinya mengagumi sosok yang terlihat dari pantulan air di kolam itu. Sama sekali tidak menyadari bahwa wajah itu adalah miliknya.
Seakan tak pernah puas memandangi pantulan wajah anggun di telaga. Ia berusaha menyentuh pantulan wajah di air dan ia melihat bayangannya melakukan hal yang sama. Dia menunduk ingin memeluk dan mencium pantulan wajah itu tapi lagi-lagi pantulan wajah di telaga melakukan hal yang sama. Berulang-ulang ia berusaha tapi tetap saja kejadian yang sama terulang. Kesal dan putus asa, Narcissus tidak beranjak dari telaga, tetap berlutut memandangi pantulan wajahnya sendiri. Hari-hari berlalu, Narcissus masih saja tidak beranjak dari telaga, hingga tubuhnya semakin melemah hingga kematiannya.
Semua bersedih mendengar kabar malang Narcissius, terlebih peri Echo. Ia tak henti-hentinya menangisi jasad Nacissius di sampingnya. Meratap hingga tertidur karena kelelahan. Ketika terbangun keesokan harinya, ia tak melihat jasad pemuda yang dicintainya lagi. Di sampingnya justru merekah sekuntum bunga, bunga Narsis (Amararylidaceae: Latin) yang kerap digunakan bangsa Yunani pada upacara kematian hingga saat ini. Peri Echo tak mampu menahan sembilu hatinya, ia berjalan tanpa arah ke dalam hutan dan akhirnya meninggal. Peri cantik itupun hilang dalam dukanya. Orang-orang percaya Echo tidak sepenuhnya pergi dan masih berdiam di sudut tersembunyi, Mereka yang percaya menganggap pantulan suara yang mengulangi kata terakhir dari kalimat yang terucap ketika berteriak di dalam hutan adalah jelmaan Echo.
Versi lain menyebutkan bukan Echo yang jatuh cinta kepada Narcissus melainkan seorang pria bernama Ameinias. Kesal “dikejar-kejar” Ameinias, Narcissus mengiriminya sebuah pedang sebagai hadiah. Kesal karena cintanya ditolak Ameinias bunuh diri di hadapan Narcissus dengan pedang yang dihadiahkan kepadanya. Sebelum bunuh diri, Ameinias mengutuk Narcissus bahwa Narcissus akan jatuh cinta kepada bayangannya sendiri dan dalam keputusasaannya Narcissus akan bunuh diri.
Narcissus merupakan legenda mitologi Yunani, menceritakan tentang cerminan pemuda cantik yang setiap hari berlutut di dekat sebuah telaga. Ia begitu terpesona dengan ketampanan sendiri sehingga suatu hari ia terjatuh ke dalam telaga dan tenggelam. Di titik tempat jatuhnya itu tumbuh sekuntum bunga yang dinamakan narcissus. Setelah Narcissus mati, dewi-dewi hutan mendapati telaga tadi, yang semula berupa air segar berubah menjadi telaga airmata asin.
“Mengapa engkau menangis?” Tanya dewi-dewi itu kepada telaga.
“Aku menangisi Narcissus” jawab telaga.
“Oh tak heran, jika kau menangisis Narcissus” kata mereka, “Sebab walau kami mencari dia di hutan, hanya kaulah yang dapat mengagumi keindaannya dari dekat”
“Tapi…indahkah Narcissus?” Tanya telaga
“Siapa yang mengetahui lebih daripada engkau?” dewi-dewi bertanya heran. “Di dekatmulah ia tiap hari berlutut mengagumi dirinya!”
Telaga terdiam beberapa saat. Akhirnya dia berkata:
“Aku menangisis Narcissus, tapi tak pernah kuperhatikan bahwa Narcissus itu indah. Aku menangis karena, setiap ia berlutut di tepianku, aku bisa melihat, di kedalaman matanya, pantulan keindahanku sendiri”
Kisah Narcissius dikenalkan oleh Sang Alkemis, Paulo Coelho, Alvabet,2001, Alkemis mengambil buku yang dibawa seseorang dalam karavan. Membuka-buka halamannya, dia menemukan sebuah kisah tentang Narcissus. Dalam Psikiatri Freudian dan psiko analisi, terminologi narcissism dikenal sebagai kondisi self-esteem yang berlebihan, suatu kondisi yang biasanya adalah bentuk dari ketidakmatangan emosional.
0 komentar:
Post a Comment
Kawan, silahkan tinggalkan jejak,,,